MANOKWARI — Umat Islam tidak boleh tertipu dengan ajakan-ajakan yang tidak bertanggungjawab, yang memanfaatkan momen politik untuk memecah belah persatuan umat, memecah kebhinnekaan dan kebersamaan yang sudah terjaga dengan baik.

“Saya mengajak umat Islam menunjukkan bahwa Islam adalah agama rahmatan lilalamin. Tegakkan amal ma’ruf nahimungkar dengan cara-cara yang tidak mengganggu,” ujar Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua Barat, Ahmad Nausrau, Kamis (29/12).

Ahmad juga menyerukan umat Islam harus mampu menyikapi isu SARA yang berkembang saat ini secara bijaksana. Ini penting, untuk mengantisipasi upaya provokasi yang bertujuan memecah belah umat.

Dia menegaskan nilai-nilai kebhinnekaan telah tumbuh sejak lama dalam kehidupan masyarakat PB. Misalnya, di kabupaten Fak-fak, Kaimana, dan Teluk Bintuni. Dikenal istilah satu tungku tiga batu, agama keluarga, dan agama saudara.

Kata Ahmad, nilai-nilai itu merupakan wujud kearifan lokal yang mengindikasikan, bahwa, kehidupan sosial kemasyarakatan di Papua Barat dari latar belakang dan agama yang berbeda, tetapi bisa membangun kerjasama yang cukup apik.

“Kerukunan yang sudah terjalin selama ini dengan baik tidak boleh ternodai dengan kepentingan sesaat. Seluruh umat islam, juga seluruh komponen anak bangsa tetap menjaga kebersamaan dan kerukunan,” ajak Ahmad.

Menurutnya, perbedaan dalam pandangan dan dukungan yang berbeda sangat diperbolehkan, tapi, harus memiliki tujuan yang sama, yaitu membangun Papua Barat yang lebih baik lagi.

Sementara itu, Ketua Pengurus Muhamadiyah Provinsi Papua Barat, Mulyadi Djaya mengatakan, keberagaman yang ada di Papua Barat merupakan perwujudan dari kebhinnekaan Indonesia. “Indonesia mini dengan keberagaman agama, suku, dan ras itu ada di Papua Barat,” paparnya.(***)

 

Click here to preview your posts with PRO themes ››