
HUMORIS. Itu kesan awal saat berkenalan dengan pria berdarah Kabupaten Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara itu, di dek kapal KM Margareth, Sabtu (7/1). siang. “Kenalkan, saya KPK. Kapten Petrus Kaloke.”
Itu kesan yang sebenarnya tidak matching dengan perawakan dan gaya potong rambutnya yang lumayan sangar. Plus stigma pelaut sebagai manusia-manusia ‘keras’ dengan perilaku berani.
Tapi kesan itu ternyata benar karena, selama perbincangan, ada saja hal-hal lucu yang diceletukkannya.
Masuk ke tanah Papua sekira sembilan tahun lalu, KPK yang beristrikan orang Kabupaten Kepulauan Siau, Sulawesi Utara, yang berdomisili di Toli Toli itu awalnya menakhodai KM Getsemani.
Kapal kayu tersebut berbasis di Sorong, dengan melayari rute ke, antara lain, Bintuni, Teminabuan, Biak, dan Raja Ampat.
Setelah tiga tahun di Sorong, dia kemudian ke Manokwari karena dipercaya jadi kapten KM Gracelia, kemudian KM Margareth, yang melayari rute Manokwari-Wasior sampai sekarang.
Selama menjalani profesi sebagai pelaut di Papua dan Papua Barat, KPK mengaku setiap pelayaran menyenangkan, walau memang ada riak-riak kecil yang dijumpai.
Walau begitu, selama melayari rute Wasior, ada satu hal yang tak dilupakannya: jatuhnya seorang seorang siswi SD kelas 3 berusia 10 tahun ke laut dari kapal.
Tak diketahui kenapa siswi itu bisa jatuh.
Saat itu sekira pukul 21.30 WIT, saat kapal telah berlayar sekira empat jam dari Wasior, dan berada di perairan Pulau Rumberpon.
KPK yang dibangunkan dari tidurnya oleh Mualim 1, yang mengabarkan insiden itu, langsung ke anjungan kapal, mencari informasi lebih lanjut tentang posisi saat informasi jatuhnya sang anak diterima ABK.
Setelah melihat Global Positioning System (GPS), melihat polda arus, serta pengalaman melayari rute itu, KPK memutuskan memutar kapal balik kapal ke arah Wasior. Di lokasi yang dirasanya tepat, KPK mulai melakukan pencarian dengan pola lingkaran besar ke kecil dengan haluan mengarah ke Wasiro.
Saat kapal baru melakukan kira-kira setengah lingkaran dari lingkaran besar yang direncanakan, saat haluan menghadap ke arah Manokwari, KPK seakan mendapat intuisi untuk membelokkan kapal ke kiri.
Intuisinya sangat tepat. Baru sekira lima menit kapal ke kiri, samar-samar terlihat benda kecil yang timbul tenggelam di permukaan laut. Ternyata, itu adalah kepala bocah perempuan itu.
KPK, tanpa memikirkan apa yang ada di dalam kantong celananya, langsung meloncat ke laut, berenang ke arah sang bocah. “Saat saya sudah dekat, bocah itu bilang, tolong saya Kep, saya mau mati di laut kah?” kenang KPK.
Bocah yang namanya tak diketahui KPK itu selamat.
Insiden sejak informasi diterima sampai bocah itu ditemukan menghabiskan waktu sekira 45 menit. KPK mengaku tak tahu apa yang akan terjadi seandainya intuisinya tak megatakan untuk membelokkan kapal ke kiri.
“Saya masih disayang Tuhan. Itu mungkin teguran Tuhan buat saya,” tutur KPK.(dixie)
Click here to preview your posts with PRO themes ››