MANOKWARI — Penggunaan Radio Republik Indonesia (RRI) di Papua Barat sebagai media penyiaran debat kandidat secara langsung, ditawarkan sebagai solusi pengganti siara langsung di sebuah TV swasta nasional yang dilakukan di Jakarta.

Solusi ini ditawarkan Ketua PMKRI Manokwari Yuliana Mate, Ketua GMNI Manokwari, Jhon Mentansan Ketua GMKI Manokwari Jhon Mentansan, Ketua GMNI Manokwari Yosak Saroi, Wakil Ketua Parlemen Jalanan, Timotius D Yelimolo, dan pentolan Gerakan Kemasyarakatan (Germas) PMKRI Manokwari, Geradus Tambut, usai menyatakan penolakan digelarnya debat publik itu di Jakarta, dalam jumpa pers di Asrama Villanova, Manokwari, Senin (9/1).

Menurut mereka, RRI memiliki jangkauan cakupan terluas di Papua Barat. Pemilik radio pun sangat banyak di Papua Barat, sampai di pelosok. Selain itu, siaran RRI juga bisa didengar melalui telepon genggam yang memiliki fasilitas radio, atau memasang aplikasi radio di ponsel berbasis Android maupun iOS.

Biayanya pun diyakini akan jauh lebih murah, mengingat RRI milik negara, ketimbang membyara di TV nasional dan memboyong ratusan orang ke Jakarta.

“Kami minta KPU PB mempertimbangkan ini. Karena, tujuan debat publik adalah warga bisa mengetahui apa jawaban para kandidat terhadap berbagai masalah dan kendala di PB. Kalau di TV nasional, jangkauannya sangat kecil,” tegas mereka senada.

Usulan alternatif ini didukung tokoh masyarakat PB, Napoleon Fakdawer. Menurutnya, selain tidak efektif, debat kandidat di TV nasional, plus memboyong ratusan orang ke Jakarta dari Papua Barat, jelas merupakan bagian dari pemborosan anggaran.
“Sapatutnya debat kandidat dilakukan di TV lokal, dan juga RRI Manokwari, mengingat akses media ini mudah didengar dan diikuti masyarakat Papua Barat,” tuturnya.(***)

 

Click here to preview your posts with PRO themes ››