Penulis: Hendrik Akbar

Anak Papua yang satu ini patut menjadi contoh dan bisa menjadi inspirasi semua orang. Dia adalah Takus Duwiri, juru mudi KM. Kasuari Pacifik III. Pria berumur 40 tahun ini tidak bisa dipandang sebelah mata.

Anak Papua yang satu ini sudah melanglang buana di lautan bebas. Bagaimana tidak, sejak tahun 1998, dia sudah bekerja sebagai juru mudi di kapal tangkap udang milik perusahaan Jepang.

Waktu itu, jalur operasi mereka melalui jalur Samudera Pasifik. Mereka hanya seminggu beristirahat di daratan dan selanjutnya berada di lautan bebas dalam selama 1 -2 bulan.

Pada 2009, Duwiri memutuskan berhenti melaut sejenak untuk melanjutkan pendidikan. Dia mengambil dua sertifikat ahli, yakni Ahli Nautika Tingkat Dasar (ANT) di Sorong yang berkaitan dengan kesalamatan dalam pelayaran, cara mengemudi yang baik dan benar serta ahli Basic Safety Training (BST) pelayaran.

Januari 2012, Duwiri mulai bekerja di KM Kasuari Pacifik sebagai juru mudi hingga saat ini.

Bagi dia masalah gelombang dan angin laut itu adalah hal biasa. “Bagi saya, itu seperti lagu untuk pelaut,” katanya.

Menurutnya, selama menempuh pelayaran, dia tidak menemui insiden berbahaya seperti penumpang melompat dari kapal, atau kapal kandas di karang.

“Selama pelayaran ini kita bersyukur semua berjalan dengan baik. Kalau hanya masalah mesin mati itu pernah, tapi langsung ditangani oleh mekanik. Itu tidak memakan waktu yang lama, karena memang pekerja di kapal ini semuanya mantan pekerja kapal asing yang sudah mengarungi Samudera Pasifik,” ungkapnya.

Kapal ini mengambil rute pelayanan daerah pesisir utara, mulai dari Manokwari, Saukorem, Imbuan, Waibem, Wau, Warmandi, Saubeba, Kwor, Hopmare, Werur, Sausapor, Sorong.

Click here to preview your posts with PRO themes ››

Sebagai seorang pelaut, meninggalkan anak dan istri di daratan sudah menjadi resiko. Namun hal itu tidak menjadi masalah baginya, karena apa yang dia kerjakan dapat restu dari anak dan istrinya, dan apa yang dikerjakan saat ini demi keluarganya.

Saat ini anak dan istrinya tinggal di Sorong. Duwiri memiliki empat orang anak, yang pertama bernama Aldo (SMP kelas II), Santike Adelia (SD kelas 3 ), Kenso Abraham ( TK) dan anak bungsungnya yang beru berumur satu tahun bernama Sara Zein.

Sebagai anak Papua dia mengaku sangat haru ketika melihat anak Papua lainnya bersantai ria dengan mabuk-mabukan.

“Kita anak Papua punya potensi dan bisa maju seperti orang lain. Semua itu terwujud karena diri kita sendiri. Maka dari itu, kita harus berfikir ke depan dan menempuh pendidikan sebaik mungkin untuk mencapai apa yang diinginkan,” imbuhnya. (***)