Liverpool tak bisa berbuat banyak di kandang Leicester City. Juara bertahan Premier League itu menang3-1 di Stadion King Power, Selasa (28/1) dini hari tadi.
Kemenangan ini terjadi setelah Leicester memecat pelatih Claudio Ranieri empat hari lalu.
Kemenangan ini juga membangkitkan kembali ketajaman Jamie Vardy. Pemain 30 tahun inimemborong dua gol, pada menit 28 dan 60.
Vardy sempat mandul selama 637 menit. Dua gol itu langsung menjadi paket pertamanya pada 2017.
Gol kedua Jamie Vardy, sekaligus ketiga Leicester.
Leicester pun dengan nyaman unggul tiga gol hingga menit 60, satu gol lain dicetak gelandang Danny Drinkwater melalui tendangan voli spektakuler.
Liverpool kemudian hanya bisa membalas satu gol hiburan pada menit 68 melalui Philippe Coutinho.
Kemenangan pertama Leicester setelah lima kali kalah beruntun ini mengangkat mereka dari zona degradasi. Leicester kini ada di posisi 15 dengan nilai 24,dua poin dari batas zona merah.
Sebaliknya, Liverpool mulai berada dalam situasi serius. Ini adalah kekalahan kelima musim ini. Empat di antaranya empat klub papan bawah dan satu klub gurem.
Pelatih sementara Leicester, Craig Shakespeare, sebelum pertandingan sempat mengatakan timnya harus bermain penuh semangat dan jika mungkin tidak kebobolan. Bahkan pelatih 53 tahun ini ingin timnya punya kesadaran pada taktik.
Pelatih sementara Craig Shakespeare merayakan gol pertama Leicester.
Dia kemudian membandingkan permainan Leicester dini hari tadi dengan permainan ketika dihajar 0-3 oleh Manchester United (MU) di tempat sama pada 4 Februari. Ketika itu para pemain Leicester seolah kurang darah, satu hal yang tidak terlihat pada saat mengalahkan Liverpool.
Secara taktik, Leicester sudah kembali. “Namun kualitas terbaik mereka adalah soal etos kerja, soal semangat, dan hasrat yang pernah ditunjukkan pada 18 bulan terakhir,” ujar eks kapten MU ini.(***)