Satu lagi korban luka bakar serius membutuhkan pertolongan. Kali ini menimpa Salwa Saputri (8 tahun) siswi kelas 2 SD Inpres Babo.
Luka bakar yang dialaminya hampir menyeluruh akibat genset yang meledak. Kejadiannya terjadi pada 3 Februari 2017 lalu, di Irarutun III, Babo, Kabupaten Teluk Bintuni.
Kala itu listrik padam, mereka menyalakan genset untuk penerangan. Saat bahan bakar hendak habis, genset meledak. Api yang menyambar kabel listrik ikut membakar Saputri.
Saat ini, korban berada di Manokwari dan tidak mendapatkan penanganan medis. Bahkan di Manokwari, korban yang hanya berasama neneknya itu menginap disalah satu rumah kenalan mereka di Angkasa Mulyono.
Nenek Rute sapaan nenek Salwa Saputri itu mengaku pasca kejadian, Saputri langsung dilarikan ke Puskesmas Babo, Kabupaten Teluk Bintuni. Namun tim medis tidak bisa berbuat banyak karena keterbatasan tenaga medis.
“Tiga hari saja dirawat dan kemudian pihak Puskesmas mengeluarkan surat rujukan ke RSUD Manokwari,” ujarnya.
Saat menuju Manokwari, Saputri yang tidak bisa menahan sakit karena luka bakar harus dibius total untuk dua jam perjalanan menggunakan speat boat dan sembilan jam perjalanan darat menggunakan mobil.
Saputri tiba di RSUD Manokwari dan langsung diberikan perawatan. Namun, dokter mengatakan luka bakarnya cukup parah dan masuk stadium II sehingga harus dirujuk ke Makassar.
“Kami tidak punya biaya. Hanya sehari di rumah sakit kami langsung keluar. Saat itu ada seorang dokter yang mengatakan kalau Saputri adalah orang Papua maka dapat dibiayai oleh dana Otsus,” terang Rete sambil berlinang air mata.
Menurut Rete, sudah 20 hari, mereka menginap di rumah kenalan mereka di Angkasa Mulyono, karena tidak ada sanak saudara di Manokwari.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
“Kami hanya berharap kondisinya bisa bormal agar bisa kembali ke Bintuni. Ibunya tidak bisa datang karena hamil 8 bulan dan mengalami luka bakar pada bagian tangan. Sedangkan ayah Saputri sedang melaut dalam kondisi luka bakar di punggung. Sampai saat ini belum ada kabar dari ayahnya,” turur Rete.
Sementara itu, Direktur RSUD Teluk Bintuni, dr. Eka yang dikonfirmasi awak media menyangkan korban tidak mendapatkan perawatan medis.
Pasalnya, menurut Eka, korban seharusnya dirujuk ke RS AL Manokwari karena sudah ada kesepakatan antara RSUD Bintuni dan RS AL Manokwari.
“Dokter bedah kami tidak berada di tempat. Jadi saya sarankan ke RS AL. Sudah ada kesepakatan jadi korban akan dibiayai oleh Pemerintah Teluk Bintuni,” ujarnya.
Mendengar kondisi Saputri saat ini, Eka mengaku telah meminta agar staf menemui keluarga korban agar dirawat lagi di rumah sakit.
“Terserah mau dirawat di RSUD Manokwari atau RS AL. Yang jelas Pemda Teluk Bintuni akan membayar semua biaya pengobatan,” ungkapnya.(Enjo)