Pemerintah diminta serius menangani pembuatan beton penangkal gelombang di sepanjang pantai Pasir Putih (PasPut), Distrik Manokwari Timur, Kabupaten Manokwari.
“Selain pembangunan beton penangkal gelombang yang dikerjakan setengah-setengah, pekerjaannya pun seperti asal-asalan. Pasalnya tembok yang dibangun sebagian sudah rusak. Beton penangkal gelombang yang dikenal masyarakat dengan nama batu tahu ini juga sebagian sudah ambruk. Mungkin disusun kurang tepat ambruk,” ujar Hero, pemuda kelurahan Pasir Putih saat bersua dengan papuakini.co, Kamis (30/3).
Hero, warga Pasir Putih.
Menanggapi ini, Kadistrik Manokwari Timur, Sarce Meidodga S.Sos, menyatakan beton itu pekerjaan provinsi. “Masalahnya masyarakat tak tahu (itu pekerjaan provinsi). Sudah banyak keluhan seperti ini bahkan langsung dari aparat kampung dan pemerintah kelurahan. Kalau jadi masalah seperti ini, pemerintah distrik jadi sasaran. Tapi saya mau jawab apa, karena itu dikerjakan provinsi,” tuturnya di ruang kerjanya.
“Pemprov mengerjakannya tanpa koordinasi pemerintah distrik. Pekerja dari pemerintah provinsi itu datang ke distrik, kampung-kampung tidak permisi. Datang ke orang punya rumah tidak ketok pintu. Seperti pencuri saja. Koordinasi lah,” sindirnya, saat ditemui di kantornya.
Kepala Distrik Manokwari Timur, Sarce Meidodga S.Sos.
Kendati begitu, dia menyatakan, berdasarkan usulan masyarakat, pembangunan batu tahu itu sudah diajukan dalam Musrenbang kabupaten.(pk2/dixie)