Harga tiket penerbangan Manokwari-Jakarta turun. Itu dampak positif utama yang terjadi seiring kedatangan Batik Air ke Bandara Rendani di Manokwari, ibukota Papua Barat.
Sebelumnya, masyarakat Papua Barat, khususnya Manokwari, harus sapu (elus, red) dada karena harga tiket penerbangan yang kerap tak masuk akal.
Saat banyak daerah tetangga menikmati harga tiket penerbangan yang asyik punya (baca: masuk akal), maka warga Manokwari terbelenggu dengan harga tiket yang rata-rata hampir menyentuh Rp2 juta one way hampir setiap saat, tak peduli off season maupun shoulder season, dan mencapai kegilaan di peak season Natal dan Tahun Baru.
“Kok bisa mahal begitu ya?” Pertanyaan itu selalu muncul dari warga pendatang ke ibukota Papua Barat ini. Jawabannya? Hanya maskapai penerbangan, dan Tuhan, yang tahu.
Hanya saja, jika ditilik, salah satu penyebab kenapa harga penerbangan ke Jakarta selama ini tak masuk akal, adalah karena tak ada pesawat yang bisa memuat banyak penumpang yang masuk ke Manokwari.
Penerbangan pun tak ada yang langsung, harus via Sorong atau Makassar. Jika via Sorong, maka jarak penerbangan bertambah sekira 312 km.
Dari segi jarak terbang, Manokwari-Jakarta sekira 3.083 km. Untuk jarak sejauh itu dihargai rata-rata Rp2 juta. (Sebelum Batik Air masuk). Bandingkan dengan Manado-Jakarta yang jarak penerbangannya sekira 2176 km, yang rata-rata harga tiketnya Rp1 juta, Ambon-Jakarta 2386 km Rp1,1 juta, dan Ternate-Jakarta 2411 km Rp1 juta untuk pemesan last minute tangal 28 April 2017 di sebuah situs travel besar Indonesia.
Harga Manokwari-Jakarta saat ini? Silakan search sendiri.
Kedatangan Batik Air dengan harga tiket kelas terendah di kisaran Rp1,5 juta itu, jika dibandingkan dengan jarak terbang dari ibukota-ibukota lain tetangga Manokwari, sudah masuk akal.
Dengan harga yang sudah masuk akal itu, apalagi bila kemudian Lion Air, induk perusahaan Batik Air, masuk ke Manokwari, maka harga tiket bisa turun sekira Rp150 ribu dari harga tiket standar Batik Air.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
Harga masuk akal itu juga bisa membuat wisatawan nusantara lebih tertarik mendatangi Papua Barat, khususnya Manokwari.
Bukannya sudah banyak wisatawan nusantara yang datang ke Papua Barat khususnya ke Raja Ampat? Benar, tapi, Halooooo, saya yakin para wisatawan yag ke Raja Ampat itu didominasi oleh para wisatawan ‘bayaran.’
Maksudnya, wisatawan nusantara yang datang ke sana rata-rata adalah mereka-mereka yang tidak merogoh kocek sendiri, tapi dibiayai perusahaan atau instansi-instansi masing-masing.
Diakui atau tidak, saat ini Raja Ampat bukan destinasi wisata wisatawan nusantara karena mahalnya transportasi ke lokasi-lokasi wisata di Raja Ampat.
Yang pasti, inaugural flight (penerbangan perdana) Batik Air penerbangan langsung Jakarta-Manokwari-Jakarta baru saja lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta di Banten, pukul 23.40 WIB Jumat 28 April 2017, (01:40 WIT), dengan nomor penerbangan ID-6158 (BTK6158). Pesawat dijadwalkan mendarat di Rendani 4 jam 30 menit kemudian pada pukul 06:10 hari ini, 29 April 2017.
Memakai pesawat Airbus seri A320-214 dengan konfigurasi 12 kursi bisnis dan 144 ekonomi, burung besi dengan Manufacturer Serial Number 6722 dan nomor registrasi PK-LAQ ini pertama kali mengudara pada 21 Juli 2015 lalu. Ini berarti pesawat ini baru berusia 1,8 tahun.
Pada 28 April 2017 Batik Air juga membuka dua rute baru dari Soekarno-Hatta, yaitu ke Pontianak dan Jambi.
Di situs Batik Air, Presdir Lion Air Group, Edward Sirait, mengatakan penerbangan ke Pontianak dilakukan dua kali sehari, sedangkan dua rute lainnya sehari sekali.
Batik Air adalah maskapai penerbangan bertarif rendah swasta terbaru Indonesia yang didirikan pada tahun 2013. Maskapai ini merupakan anak perusahaan Lion Air yang berlayanan penuh.
Penerbangan perdana Batik Air dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 3 Mei 2013 dari Jakarta ke Manado. Pesawat ini lepas landas dari Jakarta pada jam 10:00 WIB dan tiba di Manado pada jam 14:00 WITA.(Dixie)