Dari Gerakan Bawah Tanah ‘Ikut Republik Indonesia Anti Netherland’ (IRIAN)
Diringkas dari penerbit : PT Jayakarta Agung Offset
Pengarang : Dasriel Pily
SETELAH dikumandangkannya proklamasi pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIT, di Jln Pegangsaan Timur 56 Jakarta, beberapa tokoh penting yang diasingkan oleh Belanda ke Irian berhasil melarikan diri ke Australia.
Namun, atas kesepakatan antara Australia dan Belanda maka mereka dikirimkan kembali ke Irian karena tenaga mereka dibutuhkan untuk menghidupi pemerintahan kolonial Belanda di Irian.
Mereka pun memanfaatkan kesempatan tersebut dengan membentuk organisasi bawa tanah dengan nama IRIAN (Ikut Republik Indonesia Anti Nederland). Mereka antara Frans Kaisepo, Martin Indey, Jouwei, dan Rumkorem.
Mereka kemudian merencanakan demonstrasi pada 25 Desember 1945 namun rencana itu tercium oleh Belanda yang kemudian menangkap para tokoh Irian tersebut salah satunya Silas Papare yang ditangkap dan dibuang ke Serui oleh Belanda. Ditempat pengasingan, dia bertemu dengan DR. Sam Ratulangi yang lebih dahulu diasingkan.
Belanda kemudian melancarkan politik pecah belah. Mereka menyelenggarakan Konfrensi Pangkal Pinang dan Malino di bawah pimpinan DR. H.J Van Mook. Konfrensi itu dihadiri oleh para pemimpin daerah Indonesia Timur.
Dilanjutkan pada 15 November 1946 diselenggarakannya Perjanjian Linggarjati. Dalam perjanjian itu, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto hanya atas Pulau-Pulau Sumatera, Jawa dan Madura. Indonesia akan menjadi negara serikat atau federal.
Delegasi Indonesia saat itu dipimpin oleh Sutan Syahrir dan Delegasi Belanda di pimpin Prof. Schermerhorn dimana naskah perjanjian itu di tandatangani pada 25 Maret 1947. Indonesia menyatakan, menolak dengan tegas usulan belanda tersebut, sebab Indonesia merasa kedaulatan penuh atas wilayah dari Sabang sampai Merauke.
Perjanjian Linggarjati pun dilanggar Belanda. Mereka kemudian melancarkan agresi militer ke wilayah RI pada 21 Juli 1947. Insiden ini membuah Dewan Keamanan (DK) PBB turun tangan dan menyerukan untuk melakukan gencatan senjata. Seruin itu diikuti dengan pembentukM Komisi Jasa-Jasa Baik. Mereka kemudian memprakarsai perundingan Indonesia-Belanda dan lahirlah perjanjian Renville (nama kapal perang USA). Namun perjanjian ini justru tidak menguntungkan Indonesia. Karena militer Indonesia harus ditarik dari daerah-daerah kantong pertahanan dan harua hijrah ke Ibu Kota RI. Dilain sisi, Belanda terus berusaha mencampuri urusan luar negeri Indonesia.
Ditengah usaha perdamaian itu, 19 Desember 1948. Balanda justru melakukan penyerangan di Maguwo dan menduduki Yogkakarta yang merupakan Ibu Kota RI saat itu. Serangan itulah yang dinamai Agresi Militer Belanda ke II.
Dari sinilah, dukungan terhadap perjuangan Kemerdekaan Indonesia mulai berdatangan. Terutama dari negara asia. Melalui Konfrensi New Delhi,negara asia mendesak Dewan PBB untuk menghentikan agresi belanda. Maka, 28 Januari 1949, PBB mengeluarkan keputusan yang memuat perintah :
1. Segera adakan gencatan senjata.
2. Segera bebaskan pimpinam Indonesia yang ditawan.
Gencatan senjata berhasil dan digelar kembali perundingan Roem-Royen. Perundingan ini mencapai persetujuan dan pada tanggal 17 Meic1949, perundingan ini berhasil meletakan dasar untuk Konfrensi Meja Bundar (KMB). Dan kemudian berlangsunglah KMB di Den Haag Nederland pada 23 Agustus- 2 November 1949.
Berdasadkan pasal 2 keputusan KMB, status Qou Keresidenan Irian Barat tetap berlaku sambol menunggu penyerahan kedaulatan kepada Indonesia. Kedudukan Irian Barat akan diselesaikan melalui perundingan Indonesia-Belanda.
Belanda ternyata mengingkari keputusan KMB. Merek Justru mengembangkan pemerintahan san kekuasaan di Irian Barat. Pada tangg 16 September 1954, PBB menerima dan menyetujui momerandum Indonesia yang diajukan oleh MR.Sudjarwi Tjondronagoro pada tanggal 17 Agustus 1954 atas kesepakatan yang dilanggar Belanda.
Menlu Kerajaan Belanda , J.M.A.H Luns kemjdjan mengadakan konfrensi pers. Ia menyatakan kecewa atas penerimaan tuntutan Indonesia dalam sidang umum. Belanda pun menolak resolusi PBB yang menganjurkan perundingan ulang antara Indonesia-Belanda mengenai Irian Barat. Tanggal 26 November 1954 kembali berlangsung perdebatan mengenai Irian Barat dalam sidang PBB. Dalam masa ini, sejumlah dukungan dan penolakan berdatangan dari negara asia.
Pada tahun 1956, Kabinet Ali membatalkan persetujuan KMB dan aspek politik. Pembatakan itu di tandatangani Presiden Soekarno. Presiden kemudian membentuk Propinsi Otonomi Irian Barat yang ibukotanya Soa-Siu, Tidore. Suktan Tidore dilantik sebagai Gubernur pada 23 September 1956. Kejadian itu disambut gembir Oleh rakyat Irian Barat.
AKHIRNYA, perlawanan rakyat terhadap belanda pun meletus pertamakalinya di Enarotali dan Obana. Belanda mengirim pasuman Marinir dan Polisi mereka dari Biak dengan menggunakan pesawat KLM. Mereka kemudian melakukan penumpasan terhdao rakyat di dua daerah tersebut. Sekira 1.000 nyawa rakyat hilang akibat insiden ini.
Perlawanan rakyat kemudian meletus di Asmat. Kekejaman Belanda pun mengakibatkan 700 lebih wadga tewas. Meski penuh dengan penindasan, semangat merdeka tetap membara. Belanda pun mengirim kapal induk Karel Doorman untuk memperkuat basis mereka.
Segala upaya dilakukan dengan cara baik-baik namun tidak berhasil. Dewan Pertahanan Nasionak bersidang tanggak 14 Desember 1961 dan memutuskan membentuk KOMANDO TETTINGGI PEMBEBASAN IRIAN BARAT (KOTI PEMIRBAR). Terpisah di luar upaya pemerintahan. Perlawanan rakyat Irian Baray masih terua berlangsung, bahkan mereka membentuk gerakan dengan nama GRIB (Gerakan Rakyat Irian Barat).
Disisi lain, dibentuklan Front Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB). Front itu dibentuk dengan maksud menggalang kekuatan rakyat agar tidak berjuang secara sendiri-sendiri. PIB (Perintis Irian Barat) merupakan salah satu bagian tak terpisahkan dari FNPIB.
Belanda gagal mencapai keinginannya. Mereka kemudian melakukan politik pecah belah. Salah satunya membentuk Negara Papua pada tanggal 5 April 1961. Presiden Soekarno pun habis kesabaran. Dikundangkanlah oleh Soekarno, Tri Komando Rakyat (Trikora). 19 Desember 1961 di alhn alun Jogjakarta, Presiden mengandangkan Pidato Trikora yang isinya :
1. Gagalkan Pembentukan Negaea Papua Buatan Belanda.
2. Kibarkan Sang Dwi Warna merah-putih di daratan Irian Barat.
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum.
TRIKORA dilanjutkan dengan pembentukan Staf Operasi Pembebasan Irian Barat yang anggotanya terdiri dari perwira tinggi angkatan dan kepolisian. Mereka adalah, Mayjen A Yani (AD), Komodor Wiryo Saputro (AU), Kolonel Subono (AL), Kombes Sucipto (Brimob).
Komando Pelaksana Utama (Komando Mandala) dibentuk pada 2 Janusri 1962. Komando ini merupakan gabungan Kodam Indonesia Timur meliputi, Kodam XVIII Merdeka, Kodam XIV Hasanudin, Kodam XV Pattimura, Kodam XVI Udayana, Kodamar VI, Korud II, dan Korud IV dengan pusat komando di Markas Komando Mandala Makassar.
Tanggal 11 Januari 1962, Soekarbo melantik Panglima Cadangan Umum AD (CADUAD) Brigjen Seoharto menjadi Mayjen dan di angkat menjadi Panglima Mandala. Bersama dua orang wakilnya Kolonel (P) Subono sebagai wakil I dan Kolonol (PNB) Leo Wattimena sebagai wakil II.
15 Januari 1962, pertempuran Laut Arafuru pecah saat persiapan pembentukan Komando Mandaka. Peristiwa ini tak terpisahkan dadi perjuangan pembebasan Irian Barat. Peristiwa itu berawal dari kedatangan empat kapal cepat terpedo yakni MRB Macan Tutul, KRI Macan Kumbang, KRI Harimau dan KRI Singa di sekitar laut Aru. Keempat kapal ini akan mendaratkan 111 Sukarelawab yang tergabung dalam pasukan Gerilya (PG) 300 dibawah limpinan Suripto ke daratan Irian Barat. (Tahun 2013, satu dari 111 sukarelawan masih hidup dan pernah saya wawancarai) di Aula Kodim 1703/Manokwari).
Komodor Yos Sudarso, Wakil Kastaf AL menumpangi KRI Macan Tutul, Komanda Kapal dipegang oleh Kapten Wiratno, sedangkan Pejabat Komando AL Mandala, Kolonel Sudomo berada di KRI Harimaum.
Waktu menunjukan jam 21.15 Zone Time (Waktu I), tiba tib Muncul dua pesawat terbang tak berlamlu sekira 3000 kaki diatas ketiga kapal RI. Dari belakang rombongan KRI, muncul kapal jenis Destroyer yang disebut Province Class milik Belandam. Belanda langsung melancarkan serangan.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
Yos Sudarso memerintahkan KRI Macan Kumbang dan KRI Harimau melakukan manuver. Hal ini dimkasudkan agar lawan hanya memusatkan perhatian oaxa KRI Macan Tutul. Taktik berhasil dan KRI Macan Kumbang dan Harimau berhasil menjauh dari jarak tembak.
Pukul 21.35 Waktu I, KRI Macan Tutul terbakar dab meledak karena terkena tembakan. Kapal musuh pun mendekat sambil menyalakan lampu sorot. Komandor Yos Sudarso dab Kapten Wiratno guhur bersama 25 awak kapal, sedangkan 51 orang awak lainnya lolos dari maut dan kemudian ditawan Belanda.
Mereka kemudian diturunkan di Kepulauan Aru. Di siru, mereka melatih satu pleton Putra daerah setempat untuk menggantikan anggota pasukan yang tertawan musuh. Maret 1962 mereka dipecah menjadi dua kompi san di daratkan di Waigeo, namun informasi bocor sehingga di dadaratkan di Pulau Gag tetapi semuanya tertawan belanda pada 24 Maret 1962.
19 Januari 1962 Panglima Mandala mengeluarkan perintah harian yang intinya akan menjawab serangNlan laut Aru sebagai tantangan san meminta seluruh angkatan bersenjata san masyarakat sipil untuk mempersiapkan kamapuam lahir batin untuk pelaksanaan TRIKORA.
10.000 orang Sukarelawan diberangkatkan dari Pelabuhan Tanjuk Priok pada 12 Februari. Operasi Jayawijaya dijalankan yang diawali dengan penyusupan untuk mengubungkan sasaran operasi, mengimpulkan informasi dan penguasaan medan.
23 Maret 1962, PG 600 dibawah pimpinan Maksun diberangkatkan dari Ujir , sedangkkan kompi R/XV berkekuatan 31 orang yang sebagian besar sukarelawab diberangkatkan ke Sungai Jera. 24 Orang anggota dibawah pimpinan Oktavianus Marani berhasil selamat, sedangkan tujuh orang gugur saat mendapat serangan diteluk Etna kepulauan Watu Belah.
OPERASI PENYUSUPAN MELALUI UDARA
Berdasadrkan dugaan bahwa 26 Maret 1962 kapal selam berada pada posisi yang ditentukan, pasukan menyiapkan OPERASI SIKAT namun baku tembak tidak terjadi karena musuh tidak terlihat.
OPERASI BANTENG, dipimpin oleh panglima AU Mandaka dilaksanakan 26 April 1962 dimana operasi ini merupakan penerjunan pertama pasukan ke daerah lawan dengan sasaran Kaimana dan Fakfak. Pasukan terdiri dari pasukan gerak tjepat (PGT) dan resiman para komando angkatan darat (RPKAD) operasi ini berlangsung dua kelompom. Bangteng putih di pimpin Letda Agus Hernoto berkekuatan 42 orang dan Banteng merah dipimpin Letd Heru Sisnoto berkekuatan 40 orang
OPERASI KANCIL terdiri daei kancil I dengan sasaran sorong pada 15 Mei 1962 san Kancil II di Fakfak pada 16 Mei dab Kancil III sasaran Kaimana pada 17 Mei 1962.
OPERASI MUSTANG untuk daerah Fakfak. Dibagi bagi dalam dua gelombang.
OPERASI GARUDA dilaksanakan dengan mengarahkan tiga pesawat C47, Tiga pesawat B25, satu pesawat Catalina untuk daerah sorong dan tiga pesawat P15.
OPERASI GARUDA MERAH, berturut turut menerjunkan 40 dan 38 orang dengan pesasat Dakota pada 15 dan 16 Mei 1962 dibawah komando Atami dengan sasaran Fakfak.
OPERASI GARUDAH PUTIH, menerjunkan 27 orang dengan sasaran Kaimana dan dihari yang sama terjadi penerjunan di Kaimana dan Sorong dan berlangsung sukses.
OPERASI GADUDAH MERAH pada 19 Mei 1962 menerjunkan 79 orang sedang operasi GARUDA PUTIH 25 Mei 1962 menerjunkan 68 orang.
OPERASI SERIGAKA dibawah pimpinan Letnan (U) Manahua berkekuatan 39 orang dengan sasaran Teminabuan. Operasi ini sangat menegangkan karena pasukan payung mendarat tepat diatas Asrama Musuh, namun pasukan Indonesia berhasil menumpas pasukan belanda.
Masa Krisis kian berlalu, berlalu, bendera merah putih berhasil berkibar di daratan Irian Barat Pada tanggal 21 Mei 1962. Ini menjadi bukti awal perjuangan memperebutkan kembali Irian Barat ke NKRI.
OPERASI SERIGALA gelombang II menerjunkan 81 orang dipimpin Letnan (U) I Suhadi dengan sasaran Sansapor dengan berhasil merebut wilayah.
OPERASI NAGA yang merupakan pelaksanaan PO-04 tanggal 4 Junj 1962 mempergunakan tiga pesawat hercules untuk mengangkut 55 orang pasukan Brawijaya dipimpin Mayor Benny Murdani dengan sasaran Merauke. Operasi ini berjalan sukses. Belandan keok melawat taknik grilya pasukan ini.
OPERASI LUMBUNG, sesuai dengan namanya, memasok perbekalan untuk pasukan Indonesia yang telah berhaail menduduki tempat-tempat daerah lawan.
OPERASI GURITA, berlangzung 28-30 Juni 1962 dengan tugas pengintaian dan informasi untuk mensukseskan OPERASI BADAR LUMUT.
OPERASI RAJAWALImenerjunkan 74 pasukan tambahan dan sembilan Ton perbekalan ke Merauke pada 31 Juli 1962 berlangsing sukses.
OPERASI JATAYU pada14 Agustus 1962 terbagi tiga kelompok yaitu OPERASI ELANG, berkekuatan 134 orang, sasaran Sorong, OPERASI GAGAK 141 pasukan sasaran Kaimana dan OPERASI ALAP ALAO berkekuatan 132 orang dengan sasaran Merauke.
Keberhasilan pendaratan demi pendaratan ini berlengaruh besar di mata PBB. Namun, Belanda belum mau menyerah, mereka justru menunjukan sikap permusuhan. Maka disusunkan Operasi besar besaran dengan nama Operasi Jayawijayam yang sedianya dilaksanakan tanggal 12 Agustus 1962. Dengan perkiraan perebutan Irian Barat tepat selesai pada tangga 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan RI. Namun, operasi ini hadus diundur selama 14 hari karena PBB mendorong adanya perundingan antara Indonesia-Belanda. Meskipun demikian, pemantapan operasi tetap dilakikan untuk mengantisipasi serangan mendadak atau kemungkinan Belanda kembali mengingkari janji. Sehingga, suplay posukan dan pemantapan pasukan tetap dilakukan.
Tanggal 15 Agustus 1962 Persetujuan New York di tandatangani yang berisi perdamaian antara Indonesia-Belanda sebagai sengekata penyelesaian akhir Irian Barat.
Dalam pasal 2, perjanjian tersebut mangatakan bahwa Belanda akan menyerahkan kembali Irian Barat ke NKRI.
Presiden Akhirnya mengeluarkan surat perintah penghentian permusuhan terhitung 18 Agustus 1962 pukul 09.31 Waktu Irian Barat.
Belanda kemudiaj secara resmi mengumumkan rencana penarikan pasukan secara bertahap dan akan bedakhir pada Nopember 1962.
Kemudian dikeluarkanlah Operasi Sasad dengan perintah menurunkan bendera belanda dan mengibadkan merah putih sert mengamankam unsur pemerintahan dalam melaksanakan tugas pengawasan di Irian Barat.
Menyusul Perintah Operasi tanggal 5 Mei 1963 yang bedisi tentang persiapan penyerahan Administrasi pemerintahan Irian Barat daei UNTEA kepada pemerintah RI tertanggal 1 Mei 1963. Penyerahan itu berlangsung pada pukil 12.30 WIT di Kota Baru (Jayapura).
Setelah penyerahan, hal lain yang hadus dilakukan adalah malaksanakan Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) sesuai dengan persetujuan New York. Juli 1969 pepera dilaksanakan. 14 Juli 1969 Pepera di Merauke. Utusan PBB, Fernando Ortiz Sanz ikit menyaksikan Pepera ini. Seluruh anggota dewan musyawarah penetu menyatakan tekat dengan bulat bahwa Irian Barat merupakan bagian dari NKRI. Pepera kemudian berlanjit di Jayawijaya, Paniai, FakFak, Sorong, Manokwari, dan Biak pada 31 Juli 1969. Sidang musyawarah Kabupaten Teluk Cendrawasih dihadiri oleh Fernando Ortis Sanz dengan keputusan sidang :
1. Bahwa Irian Barat adalah bagian mutlak daei kesatuan bangsa Indonesia dadi Sabang sampai Merauke.
2. Tidak mau dipisah-pisahkan dari kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
3. Sangguo mempertahankan Kemerdekaan dan KeutuhN Persatuan Bangsa Indonesia dengan segala kekuatam yang dimiliki.
4. Ingin meningkatkan usaha pembangunan daerah Irian Barat di bawah pimpinan Republik Indonesia.
Selanjutnya, PEPERA bergulir disetiap wilayah se Irian Barat dan berjalan lancar sert Tertib dengan keputusan yang sama bahwa Irian Barat merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dadi Republik Indonesia. Kegiatan PEPERA Ditutup dengan sidang dewan musyawarah PEPERA di Jayapura pada 2 Agustus 1969. Keputusan Sidang dibacakan oleh Ketua Dewan Musyawarah Pepera Kabupaten Jayapura, Drs. Anwar Ilmar.
Sekian