10 Etnis di Papua Barat dijadikan subyek riset pengembangan tumbuhan obat dan jamu untuk tahun 2017.

Riset dilakukan Kementrian Kesehatan RI melalui Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Loka Litbang P2B2 Ciamis dan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat.

Menurut Koordinator Teknis Riset Tumbuhan Obat dan Jamu 2017, Firda Yanuar, riset ini menurunkan 10 tim untuk masing-masing etnis.

10 etnis yang dilibatkan adalah Wigeo, Tehid, Inawatan, Aifat, Maybray, Ayamaru, Menyah, Sought, Wondamen, Wamesa.

 

 

“Setiap tim terdiri dari satu antropolog, dua botanis dan satu orang dari kesehatan,” jelas wanita perwakilan Litbang Kemenkes tersebut.

Personil tim ada yang diutus dari Kementrian Kesehatan, Universitas Papua, dan ada juga pelamar umum yang lolos seleksi tim pengumpul data.

Riset sudah dilakukan sejak 25 April, diawali dengan training selama 5 hari, tahap pelaksanaan kegiatan dengan menyebarkan tim ke etnis selama 21 hari untuk mencari 5 informan dari tiap etnis yang menguasai tanaman obat, dan selanjutnya adalah tahap penyusunan laporan. “Penyusunan laporan 23-25 Mei,” tuturnya.

Penelitian ini bertujuan mendata lkekayaan alam hayati Indonesia, khususnya di Provinsi Papua Barat.

Riset sudah pernah dilakukan pada 2012 dan 2015 dengan menginventarisasi tanaman obat yang bisa digunakan.

“Ini merupakan riset kami yang terakhir, kami berharap semoga rangkaian kegiatan riset ini, khususnya dalam penyusunan laporan selama 3 hari, hasilnya sudah bisa dibukukan dan dilaporkan,” tandas wanita asal Ciamis Jawa Barat tersebut.(cpk4/dixie)

Click here to preview your posts with PRO themes ››