Tiga dari 16 siswa kelas 6 SD Hink, Maruni, Kabupaten Manokwari, terpaksa tak diikutkan dalam Ujian Sekolah, karena belum bisa baca-tulis.

“Ujian bagi murid kelas 6 tercatat ada 16 murid, tapi 3 murid tidak dapat kami ikutkan dalam ujian, karena belum dapat membaca dan menulis. Kami bimbing lebih lanjut karena pendidikan dasar ujung tombak dalam pendidikan selanjutnya. Untuk ulangan kelas saat ini dapat berjalan lancar dan diikuti oleh seluruh murid yang ada,” ujar Kepala SD Hink, Maruni, Manokwari, Ely Dowansiba, Selasa (6/6).

Dia mengatakan ini dalam pemantauan pendampingan Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik Keuskupan Manokwari-Sorong (YPPK-KMS), bekerjasama dengan Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT/Kemenlu dan Perdagangan Australia, red), dan UNICEF.

Dia lalu mengatakan pemerintah di tahun ajaran 2017 membangun empat ruangan belajar, tapi meubeler masih sangat dibutuhkan di sekolah dengan total 138 siswa dan empat guru umum dan 5 guru agama pendidikan Kristen itu.

“Pihak perusahaan semen (SDIC-Conch, red) membantu mengalirkan air ke sekolah dan satu papan tulis, TNI membantu satu MCK,” paparnya.

Dia juga menyatakan berbagai kendala teknis yang dihadapi, seperti kehadiran tenaga pengajar yang kurang disiplin pada waktu jam mengajar, rumah guru yang dipakai oleh masyarakat setempat, minimnya sarana-dan prasarana mengajar dan fasilitas MCK.

Menyikapi hal tersebut, Kepala SD YPPGI 01 Wosi, Nelce Rumbewas, yang ikut tim pemantauan menegaskan, displin guru itu sangat berbeda dengan yang dijalani di jamannya, kala jadi guru merupakan keterpanggilan.

Pemantauan itu juga dihadiri, antara lain, Fasilitator Advokasi YPPK-KMS-UNICEF, Agnita Teniwut, Koordinator YPPGI Provinsi Papua Barat, Anthon Aggresu, Kepala SD YPPGI 01 Wosi, Nelce Rumbewas, dan Bagian Humas dan Protokol Setda Kabupaten Manokwari, diwakili Kasubag Pengumpulan Informasi dan Pemberitaan, Yohanes Ada Lebang.

Click here to preview your posts with PRO themes ››

Program pendampingan yang dilakukan UNICEF di Kabupaten Manokwari hingga November 2017, dengan model literasi dan pelatihan bagi tenaga pengajar ini, diharapkan dapat berkesinambungan di tahun yang akan datang.

Sementara itu, menurut Lebang, hasil pemantauan di daerah pinggiran dan terpencil itu membawa perubahan psikologis. Anak-anak jadi lebih bersemangat ke sekolah, guru-guru mendapatkan metode pengajaran yang menyenangkan murid-muridnya, partisipasi dari orang tua dan masyarakat semakin meningkat, sesuai dengan tujuan dari literasi UNICEF, dan menjadi perhatian semua pihak khususnya, Pemerintah Kabupaten Manokwari.

Tim rencananya akan melakukan pemantauan di SD Inpres 109 Yonseribo, SD Negeri 79 Saray, SD YPK 20 Guweintuy, SD Inpres 98 Mandopi, dan SD Inpres 85 Kaironi pada Rabu (7/6) besok.(cpk1/dixie)