Masyarakat Indonesia harus mengubah pola pikir untuk menjadikan ikan sebagai sumber protein sehari-hari.

“Kita harus mengubah mindset (pola pikir) kita untuk mendapatkan protein dari ikan. Seharusnya jadi makanan utama bagi masyarakat kita karena memiliki protein tinggi bila dimasak dengan benar,” tutur Menteri Kesehatan RI, Prof. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K).

Menteri melontarkan hal ini dalam konferensi pers Festival Ikan dan Lomba Masak Ikan Nusantara “Menuju Istana” di Kantor Staf Presiden di Jakarta Pusat, Senin siang (3/6).

Berbagai jenis ikan seperti ikan bertulang belakang, ikan yang tidak bertulang (cumi, gurita), dan kerang-kerangan, menjadi kekayaan yang melimpah di Indonesia. Tidak hanya di lautan, namun juga di perairan daratan sperti ikan lele, mujair, dan nila.

Secara umum komposisi protein hewani pada ikan sebenarnya tidak terlalu berbeda kandungannya dengan protein hewani lainnya. Namun, ikan dikatakan lebih menyehatkan karena lemak yang terkandung di dalam ikan bukan merupakan lemak jenuh.

Sebagai salah satu sumber protein hewani, ikan mengandung asam lemak tak jenuh (omega, yodium, selenium, fluorida, zat besi, magnesium, zink, taurin, serta coenzyme Q10).

Selain itu, kandungan omega 3 pada ikan jauh lebih tinggi dibanding sumber protein hewani seperti daging sapi dan ayam.

“Lebih sehat ikan, bukan lemak jahat kalau bahasa awamnya. Ikan memiliki kandungan DHA, sementara daging sapi atau ayam tidak ada. Selain itu, ikan itu semuanya halal, dapat dikonsumsi semua usia,” tambah Menkes.

Peningkatan gizi merupakan hal yang selalu dikatakan Presiden Jokowi dalam setiap kunjungan kerjanya. Peningkatan gizi sangat penting untuk mewujudkan generasi Indonesia yang sehat, kuat, cerdas dan berdaya saing global.

“Pemenuhan gizi anak merupakan tanggung jawab kita semua, termasuk orang tua. Sekarang bagaimana kita mendorong masyarakat itu agar mengerti bahwa ikan merupakan protein yang baik sekali untuk pemenuhan gizi anak-anak,” tandas Menkes.(***)

Click here to preview your posts with PRO themes ››