Panitia Seleksi (Pansel) Majelis Rakyat Papua Barat (MRPB) memuji salah satu calon anggota MRPB perwakilan unsur Adat asal Kota Sorong, karena dinilai berhasil mempresentasikan visi misi dan program kerjanya dengan sangat baik.

Pernyataan tersebut dilontarkan Juru Bicara (Jubir) Pansel MRPB, Filep Wamafma, SH,M.Hum,C.L.A pada pekerja pers usai menilai penyampaian visi misi para calon anggota MRPB di Swiss-Belhotel Manokwari, Kamis (13/7).

Menurutnya, dari sekian peserta yang tampil, ada seorang peserta dengan inisial SK, perwakilan unsur Adat dari Kota Sorong, yang sangat paham potensi dan masalah yang dihadapi MRPB saat ini.

“Saya melihat peserta terakhir dari Unsur Adat Kota Sorong hadir dengan konsep dan gagasan yang akurat,” tutur Jubir yang adalah juga Ketua STIH Manokwari itu.

Menurutnya, contoh yang dibahas peserta tersebut terkait program pemetaan marga dan tanah yang diperjualbelikan, yang mengakibatkan masyarakat adat kehilangan hak milik. Masalah itu merupakan contoh potensi masalah yang harus dipecahkan oleh calon anggota MRPB saat ini.

Dia juga menilai banyak visi misi peserta yang yang memiliki konsep sebatas mimpi, atau dengan kata lain slogan semata, karena belum memiliki konsep brilian untuk membangun mimpi tersebut.

Pria yang sering di sapa Filep tersebut juga menemukan bahwa masih ada peserta yang minim wawasan terkait nilai dan makna dari otsus.

“Nilai inilah yang bagi saya tidak semua orang Papua akan mengerti itu. Nilai itu akan dijawab apabila orang Papua benar-benar turut merasakan apa yang terjadi di sekitarnya,” cetusnya.

Juru Bicara (Jubir) Pansel MRPB, Filep Wamafma, SH,M.Hum,C.L.A.

Filep juga mengatakan banyak presentasi visi misi peserta masih bersifat normatif, dan belum berbicara tentang fakta, solusi dan strategi.

Ditegaskan Filep, bila calon anggota MRPB tidak paham nilai penjabaran tersebut, maka otomatis MRPB dengan metode seperti apapun tidak bisa berhasil dalam memberikan solusi.

Click here to preview your posts with PRO themes ››

Dia lalu mengapresiasi calon anggota MRPB yang telah paham dengan pemaknaan dalam pengunaan busana adat daerah masing-masing, sembari berharap yang belum paham akan memperbaikinya.

“Kita lihat Kabupaten Sorong dan Raja Ampat masih menggunakan batik. Batik itu bukan busana adat. Jadi saya pikir ini yang harus dikoreksi oleh calon anggota MRPB untuk besok bisa tampil dengan menggunakan pakian adat yang semestinya,” terangnya.

“Kita berharap mereka ini ke depan menjadi public figure yang memberi teladan. Mereka harus menjadi contoh figur kepada orang asli Papua untuk tetap menjaga dan melestarikan nilai budaya,” tutupnya.(jjm)