Prestasi demi prestasi terus dicetak Kabupaten Teluk Bintuni. Setelah sukses meraih Top 25 Inovasi Pelayanan Publik yang digagas KemenPAN RB, Dinas Kesehatan (Dinkes) Teluk Bintuni kini mengincar posisi Top 9.
“Kita terus berupaya mengeliminasi malaria dari Teluk Bintuni. Kita target bisa masuk Top 9 dalam waktu dekat ini,” ujar Kepala Dinkes Teluk Bintuni, Ekber Fakdawer, Jumat (25/8).
Ini dikatakannya pada papuakini.co di anjungan Dinkes Bintuni di ajang Pameran Nasional Pekan Kerja Nyata Revolusi Mental Indonesia di Stadion Manahan, Solo.
Fakdawer, didampingi mantan Kadis Kesehatan Bintuni, dr Andreas Ciokan MM, juga menyatakan akan terus mengejar Bintuni bebas malaria pada 2020 mendatang, alias 10 tahun lebih cepat dari target nasional pada 2030.
Keberhasilan Teluk Bintuni dalam upaya eliminasi malaria, yang membuat daerah itu jadi perhatian nasional dan internasional, tak lepas dari berbagai inovasi yang dilakukan.
Inovasi itu antara lain pelatihan warga masyarakat menjadi Juru Malaria Kampung dengan program Early Detection and Prompt Treatment (EDAT), deteksi dini dan penanganan cepat.
Dengan program tersebut, selain bisa setara dengan petugas dan mendeteksi malaria, Juru Malaria Kampung juga dapat memberi pengobatan pada penderita malaria.
Penanganan bisa disederhanakan berkat inovasi pengobatan berdasarkan berat badan. Pengidap malaria cukup menimbang berat badan, kemudian Juru Malaria Kampung memberikan dosis obat sesuai berat badan penderita.
Ini bisa dilakukan karena Dinas Kesehatan Bintuni memodifikasi khusus timbangan berat badan dengan kode warna. Bila dalam timbangan berat badan penderita ada di warna merah, maka Juru Malaria Kampung akan memberikan obat dengan kemasan warna merah.
Obat kemasan dengab kode warna itu juga meruoakan inovasi lainnya Dinkes Bintuni. Obat malaria dari pabrik dikemas ulang dosisnya sesuai berat badan penderita, sesuai warna yang ditunjukkan saat mereka menimbang berat badan.(dixie)