Ketua Dewan Adat Suku Sentani, Demas Tokoro, menilai revolusi mental sebagai program dan gerakan yang sangat baik. Dia berharap kegiatan seperti itu ini bisa sinambung dan dilakukan setidaknya setahun sekali, dan lebih banyak melibatkan tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh agama.

“Jangan hanya di birokrat saja. Kalau tokoh masyarakat dan tokoh agama dilibatkan, penyerapan, pemahaman, dan pengaplikasian revolusi mental bisa lebih cepat tersebar,” ujarnya menjawab papuakini.co di sela kegiatan revolusi mental di Hotel Alila, Solo, Sabtu (26/8).

Tokoro yang juga anggota Majelis Rakyat Papua yang terpilih kembali itu mengingatkan bahwa karakter berbagai suku bangsa di Indonesia berbeda-beda. Untuk itu, perlu pendekatan berbeda dalam hal revolusi mental untuk meng-Indonesia-kan Papua.

“Ingat, di hati sejumlah orang Papua masih ada bendera lain. Untuk itu, pelibatan masyarakat dalam revolusi mental ini juga harus sangat diperhatikan. Libatkan langsung mereka,” tegasnya.

Dia kemudian menyatakan sepulangnya dari kegiatan berskala nasional ini dia akan menyampaikan hal itu pada Dewan Adat, dan mengimplementasikan revolusi mental.

“Semua memang harus dimulai dari diri dan keluarga sendiri. Dari situ akan muncul kesadaran individual dan kolektif. Dengan begitu, anak-anak kita tidak akan terpengaruh paham seperti radikalisme,” tandasnya.(dixie)