Noken Papua sudah diakui Unesco sebagai warisan budaya dunia sejak tahun 2012. Untuk itu, Noken harus terus dilestarikan dan ditingkatkan.

“Tidak semua budaya masyarakat dari seluruh pulau atau wilayah di Indonesia mendapat pengakuan PBB. Kita patut bangga, budaya berupa noken ini bisa masuk,” kata Kasubdit Warisan Budaya Tak Benda Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian pendidikan dan Kebudayaan Lien Dwiari Ratnawati.

Pernyataan ini dilontarkannya dalam pameran dan sarasehan Noken Gedung Wanita di jalan Percetakan Sanggeng, Manokwari, yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua Barat, Selasa (5/9).

Dia mengutarakan, noken bagi masyarakat Papua tidak sekadar tas, melainkan memiliki nilai-nilai luhur terkait kehidupan masyarakat.

Menurutnya, warisan budaya tersebut harus dijaga dan dilestarikan agar tidak punah. Upaya secara sinergis harus dilakukan dari pusat hingga daerah.

“Noken menjadi warna sekaligus simbul bagi masyarakat Papua. Ini khasanah kekayaan bangsa, harus dijaga bersama-sama,” katanya lagi.

Ketua Panitia Pameran dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua Barat Yuno Lekito mengemukakan, selain memamerkan noken karya mama-mama Papua, pada kegiatan tesebut panitia juga menggelar diskusi yang membahas upaya pemerintah dalam menjaga warisan budaya tersebut.

“Kegiatan ini berlangsung tiga hari dari tanggal 5 hingga 7 September. Selain pameran dan sarasehan kita juga buka stand pelatihan, adik-adik dan siapa saja yang ingin belajar membuat noken silahkan datang,” kata Lekito.

Dia menjelaskan, noken merupakan simbul budaya, sosial, dan ekonomi bagi masyarakat Papua. Pada pameran ini pihaknya menghimpun para pengrajin dari wilayah Kabupaten Manokwari, Manokwari Selatan dan Pegunungan Arfak.

“Kita bikin secara cluster berdasarkan kemiripan. Noken karya masyarakat tiga daerah ini ada kemiripan terutama dari aspek bahan baku yang digunakan,” sebutnya.

Click here to preview your posts with PRO themes ››

Budaya menganyam dan merajut noken, lanjutnya, dimiliki oleh seluruh suku yang ada di Papua. Kegiatan serupa akan dilaksanakan pada tahun berikutnya, untuk memamerkan jenis noken dari masyarakat di wilayah lain seperti Kota Sorong, Kabupaten Teluk Bintuni, Teluk Wondama, Kaimana, Fakfak, dan Raja Ampat.(cpk1)