Pertumbuhan Ekonomi (PE) Triwulan II 2017 Papua Barat melambat 1,57% di dibanding TW sebelumnya. Pada TW II 2017 PE tumbuh 2,01% (yoy) sedangkan TW sebelumnya 3,68% (yoy).

“Menurunnya pertumbuhan ekonomi Papua Barat terutama didorong oleh menurunnya kinerja sektor-sektor utama penyumbang ekonomi di Papua Barat,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Barat, Agus Hartanto, di Manokwari, Rabu (27/9).

Dalam kegiatan Diseminasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Triwulan II 2017 yang diselaraskan dengan kegiatan Temu Responden Survei Bank Indonesia itu, Agus menuturkan penurunan terbesar terjadi di sektor industri pengolahan dari 5,42% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi -0,72% (yoy) pada triwulan II 2017.

Ini disebabkan penurunan produksi LNG seiring dengan adanya maintenance kilang minyak Train 2, serta penurunan harga minyak dan gas dunia akibat melimpahnya produksi minyak dan gas dunia.

“Lifting gas masih terkontraksi dari -10,97% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi -10,42% (yoy) pada triwulan II 2017”, ucapnya.

Meski demikian, BI memprediksi PE PB pada 2017 ini nantinya akan tumbuh 3,4 – 3,8% (yoy).

Lanjut Agus, inflasi pada triwulan II 2017 mencapai 3,93% (yoy), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang 3,66% (yoy).

Meski begitu, kenaikan inflasi ini masih di bawah inflasi nasional yang 4,37% (yoy) dan inflasi di wilayah KTI yang tercatat 4,27% (yoy).

Agus memprediksi inflasi 2017 Papua Barat akan turun di 3,1-3,5% (yoy).

“Perkiraan ini didasari pada cukup terkendalinya inflasi volatile food, seiring perbaikan pasokan dalam negeri, telah selesainya penyesuaian tarif listrik 900 VA, pemberlakuan HET daging sapi, minyak goreng dan gula pasir dan mismatch permintaan dan pasokan pada event-event besar seperti Lebaran, Natal dan tahun Baru”, tandasnya.(jjm)