Tokoh mahasiswa Papua di Jakarta, Willem Assem, meminta agar dana Otonomi Khusus jangan dipakai untuk hal-hal yang tak langsung menyentuh kepentingan masyarakat.
“Jangan untuk beli mobil dinas atau perjalanan dinas,” ujar mahasiswa pascasatjana Universitas Trisakti ini.
Dia menyatakan hal itu karena dalam penilaiannya pengelolaan dana Otsus selama ini tidak jauh dengan APBD. Akibatnya, menurutnya, Orang Asli Papua tidak terlalu merasakan dampak positif Dana Otsus yang telah bergulir selama sekira 17 tahun di Tanah Papua.
“Ingat, sesuai UU 21 Tahun 2001, Otsus akan berakhir 2025. Jadi tinggal delapan tahun lagi,” tuturnya.
Dia mengusulkan di masa tersisa itu dana Otsus difokuskan pada, misalnya, dengan memaksimalkan beasiswa dan bantuan pendidikan untuk anak-anak asli Papua.
“Saat ini SDM anak-anak asli Papua di semua tingkatan pendidikan harus menjadi prioritas yang harus didanai dengan Otsus, baik itu pendidikan formal untuk yang bersekolah, dan non formal bagi yang putus sekolah. Dengan begitu semua nanti bisa mememiliki kemampuan sehingga bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan diinginkan,” paparnya.
Terbentuknya SDM Papua yang baik dan mumpuni di segala bidang, menurutnya, akan sangat berpengaruh kepada kesejahteraan masyarakat Papua.
“Karena dengan pendidikan yang baik orang Papua akan mampu membangun Papua sendiri di segala bidang, segala hal,” kata Assem dengan nada optimis.
Selain itu, dia juga mengusulkan pemberian prioritas pelayanan kesehatan OAP. “Kesehatan dari pesisir sampai pedalaman harus dilakukan dengan baik. Jangan sampai penanganan kesehatan lambat, karena tanpa kesehatan yang baik, mustahil pendidikan juga akan baik,” pungkasnya, lalu berharap BPK dan KPK turut mengawasi penggunaan dana Otsus.(wawi)
Click here to preview your posts with PRO themes ››