Mungkin belum banyak yang tahu bahwa Yos Bintoro adalah seorang pastor (Romo) yang berpangkat Kolonel. Dia semakin terangkat ke kancah nasional saat dipercaya menjadi Inspektur Upacara dalam upacara peringatan HUT ke-72 TNI bagi seluruh prajurit TNI AU di wilayah Yogyakarta, di Lapangan Dirgantara Kampus Akademi Angkatan Udara, Bumi Maguwo, Yogyakarta, Jawa Tengah, pada 5 Oktober lalu.

Ternyata, Romo Let. Kol. (Sus) Yos Bintoro, Pr. sehari-harinya adalah Perwira Rohani Akademi Angkatan Udara (AAU) di TNI AU, sekaligus Pastor Paroki Gereja St. Mikael Pangkalan Adisutjipto.

Alumnus STF Driyakarya Jakarta jurusan Filsafat Teologi dan Universitas Gadjah Mada jurusan Peace and Conflict Resolution itu naik diangkat jadi Letkol sejak Oktober 2015 lalu.

Meski mengenakan pakaian dinas militer, Romo Letkol (Sus) Yos Bintoro Pr disapa para karbol (calon perwira AU) dengan ucapan, ”Selamat pagi, Romo”. Bukan layaknya militer, ” Selamat pagi, Komandan”. Selamat pagi, Letkol”

Hal itu, menurut Tribunnews Medan, dialami Romo Yos, sapaan akrabnya, setiap kali ia memasuki Kesatrian Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta untuk mengajar.

Mendapat sapaan demikian, Romo Yos bersyukur kepada Tuhan.
Ternyata, para karbol melihat dirinya bukan lantaran pangkatnya, namun mereka melihat dirinya sebagai Gereja melalui karya pendidikan yang dijalankannya di lingkungan AAU.

Romo Let. Kol. (Sus) Yos Bintoro, Pr (kiri) dalam sebuah kegiatan kerohanian.(foto: ist Facebook romoyote)

“Hal-hal indah seperti itulah yang meneguhkan saya dalam pelayanan rohani di lingkungan AAU,” ucap pembina calon perwira karier AAU Yogyakarta ini, sebagaimana dikutip dari Hidupkatolik.com.

Romo Yos tidak saja dikenal akrab oleh mereka yang Katolik. “Saya juga dipercaya oleh mereka sebagai prajurit TNI,” ujar pria yang bertugas sebagai pastor militer di AAU Yogyakarta sejak 1997 itu.

Uskup Agung Jakarta Julius Kardinal Darmaatmadja SJ menugaskan pria kelahiran Jakarta 30 November 1967 ini pertama kali sebagai pastor militer.

Saat itu, teman-teman dekatnya mengingatkannya agar bersiap-siap frustrasi menjadi pastor tentara.

Romo Yos mengakui, di masa pencariannya berkarya sebagai pastor militer, ia sempat frustrasi selama empat tahun. “Saya menjadi tentara kok begini, sia-sia,” pikirnya saat itu.

Click here to preview your posts with PRO themes ››

Gereja Katolik TNI AU Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto, Yogyakarta.(foto: ist Facebook @gerejakatolik

Seiring waktu, dia sadar bahwa tugas di TNI AU tidak cukup hanya memberikan pembinaan rohani atau sekadar pelayanan pastoral saja. Namun, saatnya berbuat sesuatu untuk menyiapkan apa yang dibutuhkan TNI AU ke depan.

Di saat putus asa, ia berdoa dengan lelehan air mata. “Apa benar Engkau mengutus aku di tempat ini? Kalau benar Engkau mengutus aku, aku minta tanda adanya gereja dan pastoran,” ungkapnya dalam doa.

Doa Romo Yos terkabul. Tahun 2001, ia mampu merenovasi gudang di kawasan Pangkalan TNI AU untuk dijadikan bangunan gereja beserta pastoran.

Dua tahun berselang, TNI AU menghibahkan bangunan gereja itu kepada Gereja Katolik. “Jadi, bangunan Gereja St Mikael ini sekarang milik Gereja Katolik,” ungkapnya.

Kebanyakan gereja dibangun dan bertumbuh dengan mengandalkan dana umat. Tetapi, Gereja St Mikael TNI AU berdiri dengan cara tersendiri. “Kami harus mencari dana secara kreatif agar dalam waktu yang ditentukan, gereja sudah berdiri,” katanya.

Ia menyadari, selesainya pembangunan Gereja Katolik di lingkungan Pangkalan TNI AU tak lepas dari campur tangan Tuhan. “Dalam pendanaan, banyak hal di luar akal sehat manusia terjadi. Kalau Tuhan menginginkan, apa pun akan terjadi,” ucapnya.(***/dixie)