Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Manokwari, Kukuh Saptoyudo mengatakan pembangunan irigasi di Kampung Prafi Mulya dan Kampung Desai tidak terkoordinasi dengan baik.
Alhasil, petani melewatkan dua kali masa tanam selama pembangunan proyek itu berlangsung.
“500 hektar luas sawah di dua kampung ini. Mereka melewatkan dua kali masa tanam. Jika dikalkulasikan setiap hektar menghasilkan 2 ton gabah setiap periode tanam maka 2.000 ton gabah tidak dihasilkan oleh petani selama masa pembangunan irigasi tersebut,” ungkapnya.
Menurut Kukuh, proyek saluran utama irigasi yang dibangun itu tidak pernah berkoordinasi dengan dinasnya, padahal jika ada koordinasi, pihaknya akan mencari solusinya agar petani tetap bisa melakukan produksi padi.
“Esensi sarana dan prasarana dibangun untuk meningkatkan produksi, tapi kalau membangun dengan menghentikan produksi ini kan ironis sekali,” ungkapnya.
Lebih lanjut kata Kukuh, sesuai dengan ilmu pertanian, bila mana dua musim sawah tidak diairi, maka selanjutnya untuk menjadikan lahan sawah kedap air kembali membutuhkan waktu yang lebih lama lagi.
“Jadi ketika proyek irigasi selesai, petani tidak bisa langsung melakukan penanaman. Ada proses yang harus dilewati,” tandasnya. (cpk2/njo)