Sekira pukul 22.00 WIT Senin (29/1) terjadi keributan di Kampung Marsi. Percecokan mulut antar watga itu berujung pemukulan terhadap Kepala Kampung Origenes Talahatu.
ini berawal dari rencana pertemuan untuk membicarakan pengerjaan proyek drainase di kampung tersebut yang menggunakan Dana Desa.
Dalam pertemuan ini, beberapa warga meminta agar kepala desa dihadirkan untuk memberikan penjelasan terkait penggunaan dana desa pada kegiatan Pelatihan Perbengkelan bagi 25 orang pemuda di kampung tersebut, yang menurut mereka tidak transparan.
“Kami sebenarnya minta supaya kepala kampung hadir dalam pertemuan kemarin malam, untuk menjelaskan besaran alokasi anggaran bagi kegiatan pelatihan sebelum proyek drainase dikerjakan. Dan kalau boleh, mereka yang sudah ikut pelatihan tidak boleh lagi terlibat dalam pengerjaan proyek drainase,” ungkap salah satu warga yang hadir saat pertemuan dalam rangka mediasi yang difasilitasi Polsek Kaimana, Selasa (30/1) hari ini.
Karena kepala kampung belum juga hadir, maka terjadilah sedikit perang mulut antar warga. Mendengar hal ini, sang kepala kampung akhirnya datang dengan tujuan untuk melerai dan memberikan penjelasan.
Namun karena keributan mulut masih saja terjadi, sang kepala kampung akhirnya menampar salah seorang pemuda yang adalah adiknya sendiri.
Karena tak terima perlakuan kepala kampung kepada adiknya itu, beberapa oknum warga pun langsung mengambil tindakan dengan memukul sang kepala kampung hingga pelipis kanannya sobek.
Tak memakan waktu lama, ada salah seorang warga langsung melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib. Sekira pukul 23.00 WIT, dua mobil milik kepolisian ke TKP bersama 13 personil kepolisian yang dikomandoi oleh Kapolsek Kaimana Iptu. Mahfud Sopaheluwakan.
Saat tiba, polisi langsung mengamankan 3 orang pelaku pemukulan terhadap kepala kampung lalu mengamankan mereka ke Polsek Kaimana.
“Memang benar bahwa saya menampar salah seorang pemuda, tetapi itu tamparan sebagai teguran apalagi dia ini adalah adik saya sendiri,” kata Origenes yang diaminkan oleh sang pemuda ini.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
Origenes juga menjelaskan bahwa ketidakhadiranya malam itu lebih disebabkan karena semua persoalan anggaran dana desa telah diberikan kewenangan kepada Bendahara dan TPK kampung.
“Kita kan sudah bahas besaran anggaran yang dialokasikan untuk setiap kegiatan. Jadi saya tinggal tanda tangan dan cap saja untuk pencairan kalau kegiatan itu mau dilaksanakan. Selebihnya merupakan tanggungjawab dari bendahara dan TPK,” ungkap Origenes.
Dalam mediasi ini, dirinya juga menyampaikan bahwa untuk kegiatan pelatihan perbengkelan baik motor dan mobil, yang dalam perencanaan awal adalah 10 orang peserta, namun karena pemuda lain juga ingin terlibat, maka kuotanya ditambah menjadi 15 orang sehingga total 25 orang dengan besar anggaran Rp. 99 juta termasuk pajak.
Mendengar penjelasan kepala kampung ini, beberapa warga sempat tidak setuju akan adanya perubahan terkait kuota peserta dan penambahan biaya pelatihan tanpa ada pertemuan terlebih dulu dengan semua masyarakat, serta tidak adanya transparansi penambahan anggaran tersebut.
Usai mendengarkan semua tanggapan baik dari korban maupun pelaku, Kapolsek Kaimana mengarahkan agar persoalan ini dapat menemukan solusi yang baik bagi semua.
Pada akhirnya, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikanya tanpa harus menempuh jalur hukum lebih lanjut.
Berkaca dari pengalaman ini, Kapolsek Kaimana meminta seluruh kepala kampung khusus di wilayah hukum Polsek Kaimana dan Kabrauw yang merupakan wilayahnya untuk mengelola dana kampung secara transparan.
“Dalam satu dua hari ini kami akan berkunjung ke tiap kampung untuk mengecek sejauh mana pengelolaan dana kampung, sekaligus memberikan pemahaman kepada kepala kamung dan masyarakat terkait pengelolaan dana ini. Intinya mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan tiap kepala kampung wajib melibatkan masyarakat serta transparan dalam pengelolaanya,” tutur Kapolsek.(cpk3)