Wakil Sekjen DPP Partai Amanat Nasional (PAN), dr. Rosaline Irene Rumaseuw, M.Kes, usai mengikuti Rakerwil II PAN Provinsi Papua Barat, menyempatkan diri untuk bersua dengan keluarga di Manokwari.
“Sebelum perkenalkan diri ke luar, terlebih dahulu harus ke keluarga. Secara adat harus seperti itu,” ujar wanita kelahiran Biak, 23 Januari 1971 itu pada papuakini.co, Sabtu (17/3).
Saat di Manokwari, putri dari Habel Lodwyk Rumaseuw, yang adalah Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD), sekaran Kopassus, pertama Orang Asli Papua, itu berkunjung ke keluarga di kampung Biryosi, Sanggeng dan Wosi sambil memberikan pelayanan kesehatan.
“Sosialisasi ini unik, karena mereka datang sebagai keluarga dan pasien. Mereka datang dengan keluhan sakit, karena mereka menggangap saya bagian dari keluarga. Saya senang hati melakukan itu sebagai bentuk pelayanan,” ungkap dokter yang pernah bertugas di PT Freeport Indonesia itu.
Selama seminggu di Manokwari, dengan memberi pengarahan dan pengobatan kepada keluarga, putri dari Brigjen Kopasus pertama Orang Asli Papua itu merasa seperti di kampung sendiri.
“Saya tidak menyangka, mereka merindukan pelayanan saya. Berkat jasa-jasa ayah, membuat saya merasa Manokwari adalah rumah saya,” tutur Rosaline.
Berbagai keluhan kesehatan muncul dari sanak-saudaranya, seperti fraktur, batuk pilek, TBC, asma, gangguan pendengaran.
“Saya berikan arahan dan pengobatan. Sekaligus mengigatkan mereka kalau kesehatan itu sangat penting. Ke depan, ini akan menjadi perhatian saya,” tuturnya.
Sebelumnya, di tahun 80an, ayah Rosaline adalah Mayor Kopasus di Manokwari, dan pernah menjabat Opsir selama lima tahun dengan turut memperjuangan agar tidak ada Daerah Operasi Militer (DOM) pada masa itu.

Soal dirinya yang bakal maju di kursi DPR RI, Insos Papua asal Biak itu menegaskan akan berjuang demi keterwakilannya sebagai perempuan asli Papua.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
“Soal perempuan, kami yang memahami diri kami. Sebagai perempuan, jelas isi kepala dan hati saya pahami,” tuturnya.
Dia menegaskan penting perempuan duduk di Senayan sebagai keterwakilan 30 persen. Apalagi persoalan Papua sejauh ini belum tuntas. Karena itu, harus ada keterwakilan perempuan.
“Sebagai perempuan asli Papua, saya harus muncul sebagai anggrek hitam,” tandasnya.(jjm)