80 ekor tukik (anak penyu) jenis Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) dilepas masyarakat Kelompok Sadar Wisata Pasir Putih dan sejumlah organisasi lingkungan di kawasan wisata Pasir Putih, Manokwari, Papua Barat, Minggu (6/5).

Di Indonesia, menurut Wikipedia, Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) disebut juga sebagai penyu bibis, penyu sisik semu, penyu kembang, penyu slengkoroh, dan penyu abu-abu. Penyu lekang merupakan jenis penyu terkecil dengan berat 31-43 kg.

Penyu lekang umumnya bersifat vegetarian atau pemakan lamun. Terkadang penyu lekang memakan kepiting, gastropoda, cumi-cumi, ubur-ubur dan udang-udangan sehingga penyu ini tergolong sebagai hewan omnivora.

Ketua Kelompok Sadar Wisata Pasir Putih, Salmon Monces Nubuab mengatakan, tukik Lekang itu tidak sengaja ditemukan warga sekira pukul 08.00 WIT di pantai Pasir Putih., Jumat (4/5) pekan lalu.

80 Tukik Penyu Lekang Dilepas di Pasir Putih

Awalnya, seekor anjing menggali pasir. Warga lalu mendekat dan ternyata ditemukan terlur penyu yang sedang menetas. Warga kemudian mengevakuasi penyu tersebut.

“Kita sudah lepaskan 6 ekor. 10 telur dalam kondisi rusak, sedangkan 80 ekor kita amankan dalam cool box, dan hari ini kita lepaskan,” ujarnya.

Aksi itu turut dilakukan Komunitas Anak Air Manokwari (KAAM), Komunitas Anak Wondama Abdi Lingkungan (KAWAL), perwakilan Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Papua Barat, Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) dan warga yang berwisata di pantai Pasir Putih.

Selama 30 tahun hidup di lingkungan Pasir Putih,
Salmon mengaku baru kali ini mengetahui penyu bertelur di pesisir pantai Pasir Putih.

“Kalau dengar cerita orang tua, tahun 70 an, pernah penyu naik bertelur di Pasir Putih,” ungkapnya, lalu berharap, keterlibatan warga dalam melepas penyu ke laut itu bisa membantu kesadaran menjaga penyu sebagai hewan yang dilindungi.

Click here to preview your posts with PRO themes ››

Kepala Bidang Pengelolaan Ruang Laut dan Pengawasan Sumber Daya Perikanan DKP Papua Barat, Bastian Wanma menambahkan, penemuan penyu itu menunjukan bahwa pesisir Pasir Putih menjadi habitat penyu.

“Penyu memiliki kebiasaan akan kembali bertelur di tempat dia menetas atau bertelur. Biasanya jangka waktunya 15 tahun sekali,” jelasnya.

Untuk itu, Bastian meminta agar masyarakat menyadari bahwa penyu adalah hewan yang dilindungi, sehingga kelestariannya harus dijaga.

Ketika masyarakat menyelam secara tradisional, diminta untuk tidak memburu penyu baik induk maupun telurnya.

Ketua KAWAL, Yan Yoteni berpesan agar masyarakat dapat menjaga lingkungan dengan baik dari masalah sampah dan juga bom ikan.

“Objek wisata harus terjaga lingkungannya dari persoalan sampah. Ingat bukan cuma manusia yang tinggal dan hidup, tetapi ada mahluk ciptan Tuhan yang juga hidup dengan memerlukan alam yang bersih,” pesan Yoteni.

Dia sore tadi bersama sekira 35 anggota KAWAL melakukan pembersihan sampah di pantai Pasir Putih.(njo)