BEI Papua Barat: IHSG Merah Tapi Kinerja Emiten Masih Sangat Baik

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSH) Bursa Efek Indonesia (BEI) boleh saja masih merah, tapi kinerja para emiten masih sangat baik.

Menurut Kepala BEI Kantor Perwakilan Papua Barat, Adevi Sabath, ada ketakutan para investor melihat IHSG yang merah dan isu politik serta pelemahan nilai tukar Rupiah.

“Tapi, yang pasti, emiten di Bursa Efek Indonesia kinerjanya masih sangat baik,” kata Adevi dalam Sharing Session Indonesian Economic and Capital Market Update, sekaligus Buka Puasa Bersama Investor se-Papua Barat-Manokwari, di Swiss-Belhotel Manokwari, Sabtu (26/5) kemarin.

Malah, kata Adevi, ada emiten yang membukukan laba di atas 100% di kwartal pertama 2018 dibandingkan 2017. “Dana Asing tidak keluar dari Indonesia dan berpindah ke obligasi,” ungkap Adevi dalam siaran persnya.

IHSG pada perdagangan Jumat (25/5) pekan lalu ditutup menguat 29,20 poin, atau setara 0,49 persen ke level 5.975,74. Namun, IHSG belum mampu rebound ke level psikologis 6.000.

Kurs rupiah terhadap dolar AS juga menguat tipis di akhir perdagangan pekan lalu. Rupiah naik 0,06 persen atau 8 poin di level Rp 14.125 per dolar AS.

Penguatan Rupiah di akhir pekan juga juga terjadi dalam kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), yaitu Rp 14.166 dari sehari sebelumnya Rp 14.205 per dolar AS.

Selain itu, kabar baik lainnya dari dunia Pasar Modal Indonesia adalah jumlah kepemilikan domestik sudah diatas 50 persen. “Selain itu jumlah investor saham di Indonesia menyentuh angka 700.151,” ungkap Adevi.

Acara yang digelar BEI Papua Barat itu, selain terkait pertambahan jumlah investor Papua Barat, juga untuk menjaga tali silaturahmi investor.

Acara itu, kata Adevi, merupakan bentuk apresiasi pada para investor baru maupun investor yang telah berkecimpung lama di dunia Pasar Modal Indonesia,

Click here to preview your posts with PRO themes ››

Adevi berharap materi sharing dalam kegiatan itu, yang diikuti sekira 70 peserta dari berbagai kalangan seperti investor pemula UNIPA dan investor umum di Kabupaten Manokwari dan Kota Sorong, mampu memberikan informasi dan menambah wawasan para investor.

Hang Seng Index akhir pekan lalu. (Foto: Google)

Pasar saham dunia, termasuk Indonesia, terpukul karena kenaikan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) sebanyak 25 basis poin.

Penyebab lainnya adalah ‘perang’ dagang AS vs China yang diawali dengan pengenaan tarif produk China di AS yang mencapai 60 miliar Dolar AS, yang dibalas China dengan mengenakan tarif pada sejumlah produk yang di impor dari AS.

Hasilnya, selain IHSG, pasar saham Australia turun 2,08 persen, Straits Times Singapura minus 2,52 persen, Kospi Korea Selatan turun 3,10 persen, Hang Seng Hongkong melemah 3,79 persen, dan Nikkei 225 Jepang minus 4,88 persen.(***/dixie)