Kembali normalnya kilang LNG Train 2 di tahun 2017 diperkirakan akan membantu meningkatnya PE (pertumbuhan ekonomi) Papua Barat di 2018.

Ini dikatakan Kepala Bank Indonedia Perwakilan Papua Barat Donny H Heatubun dalam Rakor Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se Papua Barat, Kamis (1/6).

Produksi LNG normal itu diprediksi akan mendorong ekspor Papua Barat, yang merupakan penopang utama PDRB dari sisi pengeluaran.

Heatubun juga mengatakan impor akan berkurang akibat menguatnya nilai tukar dolar AS pada seluruh mata uang di dunia.

Impor merupakan salah satu faktor pengurang PE.

Dia kemudian menegaskan nilai tukar Rupiah masih cukup kuat sesuai fundamentalnya dibanding mata uang negara lain.

Sebelumnya, Heatubun memaparkan bahwa perekonomian Papua Barat tumbuh 5,69% year on year di Triwulan I 2018 yang terdorong akselerasi usaha pertambangan dan penggalian.

Walau laju pertumbuhannya lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya, laju Papua Barat itu lebih tinggi dari PE nasional.

Di sisi inflasi, Heatubun mengungkapkan Papua Barat mengalami trend penurunan di periode Januari 2015 sampai April 2018.

Bahkan, inflasi 1,44% PB di 2017 secara year on year merupakan peringkat kedua terendah di Indonesia yang mencapai 3,60%, setelah Maluku yang inflasinya kala itu 0,78% year on year.

“Ini tak lepas dari peran TPID Papua Barat dalam melaksanakan kebijakan pengendalian inflasi,” tutur Heatubun.(dixie)

Click here to preview your posts with PRO themes ››