Jelang hari raya besar keagamaan seperti Idul Fitri dan Natal selalu diwarnai dengan naiknya harga beberapa komoditas. Kenaikannya ada yang signifikan, ada yang tidak.
“Harga bawang dan cabai naik tapi tidak signifikan. Itu karena ada produksi lokal. Beda dengan minyak dan telur yang dikirim dari luar daerah,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura Papua Barat, Hippolytus Taa, Selasa (5/6).
Untuk itu pemerintah daerah bertugas menggenjot ketersedian pangan daerah. Selain itu, intansi teknis terkait berperan penting dalam program kegiatan tersebut untuk memenuhi kebutuha protein hewani dan nabati.
Jika tidak, ini memungkinkan terjadinya kenaikan harga pangan di daerah.
Untuk menekan itu, lanjut Taa, instansinya, bekerjasama dengan Tim PKK Papua Barat menggelar kegiatan sikronisasi pangan. “Kita libatkan PKK sebagai motor penggerak dalam membangun program kerja ketahanan pangan,” ungkapnya.
Instansinya sudah menandatangani MoU dengan Tim Penggerak PKK pada tahun 2006 silam. Sejak itu kerja sama sudah berjalan dengan baik, seperti memanfaatan pengelolaan pangan lokal non beras dan non terigu.
2017 lalu, kata Taa, Kementerian Pertanian dan PKK melakukan gerakan menanam cabai karena salah satu sebab tingginya inflasi di Indonesia karena komoditas pertanian.
Di daerah, hal yang sama dilakukan. “Kami menggandeng PKK Papua Barat untuk gerakan menanam cabai. Gerakan sangat tepat dilakukan tim PKK yang notabene adalah ibu-ibu rumah tangga. Sehingga mereka bisa manfaatkan lahan pekarangan untuk menanam cabai,” tandasnya.(njo)
Click here to preview your posts with PRO themes ››