Kapolda Papua Barat, Brigjen Pol Rudolf A Rodja, dan Pangdam XVIII/Kasuari Mayjen TNI Joppye O Wayangkau, berinisiatif mengumpulkan tiga pilar kampung, yakni Babinsa, Bhabinkamtibmas dan kepala kampung, yang dikemas dalam bentuk pemberian santunan dan buka puasa bersama, Jumat (8/6) sore tadi.
Kapolda meminta 3 pilar kampung untuk tidak lengah, wajib mengetahui dan dapat menangkal paham yang tidak sejalan dengan Pancasila.
“Masalah intoleransi, radikalisme dan terorisme berkembang begitu cepat. Polri memiliki 16 satgas di setiap provinsi untuk pantau faham tersebut. Dengan perkembangan yang begitu cepat, kita diminta untuk bekerjasama dengan 16 Satgas tersebut,” ujarnya.
Kapolda lalu mengingatkan agar 3 Pilar Kampung, tetap membuka mata dan tanggap dengan situasi di sekitar.
“Jika ada warga baru datang, maka datangi mereka, jangan biarkan. Kejadian di Surabaya harus menjadi pelajaran kita semua. Jangan sampai terjadi dulu baru kaget,” pesan Kapolda.
Pangdam mengatakan hal senada.
“Tiga Pilar ini jadi ujung tombak, baik di pemerintahan, TNI maupun Polri dalam melaksanakan tugas. Karena mereka ini yang ada sampai di daerah,” ungkap Pangdam.
Pangdam menyatakan kemajuan tehnologi sebenarnya membawa dampak positif, tapi masyarakat di Indonesia banyak yang berujung negatif, karena digunakan untuk membuat hal hal yang banyak menimbulkan persoalan.
Pangdam lalu mengingatkan agar tiga pilar tidak mudah terprovokasi atau termakan isu yang tidak benar atau informasi bohong (hoax).
“Kadang kita terima informasi yang kita sendiri tidak paham. Lalu kita share. Kalau negatif, yang kirim yang kena. Makanya, kita harus berfikir terbalik layaknya ilmu intelejen dasar. Begitu pun ketika menerima ajakan,” pesan Pangdam.
Sementara itu,Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan mengingatkan bahwa keamanan adalah tanggungjawab bersama.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
“Keamanan mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, kabupaten dan provinsi jadi tanggungjawab kita semua,” ingat Gubernur.
Gubernur lalu mengajak semuanya menjauhkan diri dari miras.
“Teroris dan radikalis terdesak di Pulau Jawa. Mereka akan cari aman di pinggiran. Bisa saja dia tinggal di sini, bikin kios di sini. Kalau dia sudah tahu kita suka minum, dia ajak minum dan kemudian berikan paham-paham radikal. Ini perlu kita antisipasi,” tandas Gubernur.(njo)