Saudi Arabian Football Federation (SAFF), alias PSSI-nya Arab Saudi, mengadukan stasiun beIN ke FIFA, Selasa (19/6).
Jaringan beIN yang dibiayai pemerintah Qatar itu merupakan pemegang hak eksklusif tayangan Piala Dunia 2018 Rusia di kawasan Teluk Arab.
Dilansir The National, SAFF menuding jaringan televisi itu menyebarkan “kebencian antar fans (sepakbola) dan masyarakat kawasan (Teluk Arab).”
Aduan diajukan menyusul pernyataan presenter dan para analisis dalam tayangan siaran langsung kala Arab Saudi dicukur Rusia 0:5. Mereka melontarkan komentar-komentar terkait politik di Arab Saudi.
SAFF juga menyatakan pernyataan-pernyataan menyerang itu dilakukan berulang-ulang kali dalam ‘kejadian-kejadian sebelumnya.”
SAFF mengklaim komentar-komentar itu melanggar aturan FIFA yang menyatakan bahwa olahraga tidak boleh dicampuri politik.
SAFF mendesak FIFA “memberi sanksi berat yang dibutuhkan” pada beIN, serta mencabut hak ekslusif tayangan Piala Dunia.
Di sisi lain, krisis di Teluk Arab belakangan ini juga disebabkan liputan-liputan Al Jazeera, jaringan yang bekerjasama dengan beIN, karena memberikan panggung untuk kelompok-kelopok ekstrimis seperti Muslim Brotherhood. Negara-negara tetangga Qatar di Teluk Arab meminta jaringan Al Jazeera ditutup.
Siaran beIN tidak bisa ditonton di Arab Saudi sejak pemboikotan Qatar oleh Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir dan Arab Saudi medio Juni 2017 lalu.
Meski begitu, siaran beIN bisa ditonton melalui alat bajakan yang bisa men-streaming tayangan olahraga. Media Arab Saudi kemarin melaporkan pemerintah menyita lebih dari 8000 alat itu serta menempuh jalur hukum pada pihak-pihak yang terlibat pembajakan itu.
Aduan Arab Saudi itu disampaikan menyusul petisi menentang ‘politisasi’ dalam liputan-liputan beIN di situs sports4everyone.org.
Petisi yang ditujukan ke Presiden FIFA, Gianni Infantino, meminta FIFA segera mengambil tindakan pada jaringan TV itu. Petisi itu ditandatangani lebih dari 120.000 orang.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
Saat papuakini.co mengunjungi situs itu, ada rekaman 10 video yang dinilai mempolitisasi olahraga. Rekaman dalam bahasa Arab itu diberi subtitle (teks terjemahan) dalam bahasa Inggris, serta pengantar apa yang dibahas presenter maupun komentator dalam tiap video.(dixie)