Ratusan anak muda Papua menyatukan suara melawan korupsi sumber daya alam (SDA) di Indonesia dalam acara bertema “Peran Pemuda dalam Menjaga SDA dan Memberantas Korupsi” yang diinisiasi Badan Informasi Geospasial (BIG) di Universitas Papua, Manokwari, Kamis (20/9).
Turut hadir sutradara Irham Acho dan aktor Dodi Mahuze yang tergabung dalam grup komedi MOP Papua Epen Cupen. Bersama para tokoh inspiratif tersebut, BIG memperdalam pemahaman generasi muda Papua yang hadir tentang korupsi SDA, serta Kebijakan Satu Peta sebagai salah satu solusinya.
“Peluang korupsi SDA dapat muncul, antara lain, karena tidak adanya satu peta yang menjadi rujukan pengelolaan SDA dan perencanaan pembangunan di Indonesia. Masing-masing institusi dapat memiliki versi peta yang berbeda, sehingga banyak yang tidak transparan,” papar Kepala Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik BIG, Dra Lien Rosalina, dalam siaran pers BIG yang diterima papuakini.co.
Lien lalu mengatakan ketiadaan satu peta rujukan juga menyebabkan banyak persoalan lain seperti tumpang-tindih perizinan dan sengketa lahan.
Terkait isu tersebut, BIG berperan mengkoordinasi proses pelaksanaan Kebijakan Satu Peta sebagai salah satu solusinya. Jika telah sepenuhnya terlaksana, kebijakan ini akan meningkatkan transparansi pengelolaan lahan, memperbaiki koordinasi antar instansi, dan mempersempit kemungkinan korupsi SDA.
Dalam pelaksanaannya, BIG juga mengajak anak muda untuk berperan aktif mendukung kesuksesan Kebijakan Satu Peta.
Sebagai contoh keterlibatan kreatif anak muda, sutradara Irham Acho pun memutarkan miniseri Epen Cupen karyanya yang berjudul “Ini Tanah Siapa?”.
Miniseri tersebut mengupas Kebijakan Satu Peta dalam format komedi, sehingga memudahkan masyarakat umum untuk memahami dan berperan aktif mendukung pengelolaan lahan yang berkelanjutan.
“Mini seri itu lahir dari pengalaman kami sebagai putra-putri Papua. Di tempat tinggal kami di Merauke, kami banyak mendengar atau bahkan menyaksikan sendiri masalah tumpang-tindih lahan dan korupsi SDA yang mengakibatkan konflik antar masyarakat, swasta, maupun pemerintah. Namun, masih sedikit masyarakat Indonesia yang paham akan pentingnya partisipasi aktif mereka untuk melindungi SDA kita,” kata Irham.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
Mini seri yang telah ditonton lebih dari satu juta kali dalam waktu kurang dari satu bulan ini mengisahkan tentang tiga orang sahabat asal Papua, yaitu Celo, Dodi, dan Nato.
Masing-masing tokoh utama tersebut tengah mengalami isu terkait lahan. Kisah Celo mewakili dilema yang umum dihadapi pihak swasta terkait perizinan lahan. Dodi memerankan seorang pemuda adat yang tergusur dari lahan turun-temurun akibat masuknya pihak luar. Nato menggambarkan aparat pemerintah yang terjebak dalam kasus suap untuk meloloskan izin lahan baru.
Tim Epen Cupen membalut ketiga kisah tersebut dalam sketsa MOP, atau budaya hiburan turun-temurun khas masyarakat Papua. Umumnya, lelucon MOP Papua diambil dari kisah nyata sehari-hari yang dibumbui, untuk kemudian dibagikan kala berkumpul di sekitar api unggun.
“Kami harap dengan mengemas sesuatu yang dianggap rumit ke dalam konteks sehari-hari yang lebih ringan dan berbumbu komedi, masyarakat sadar bahwa isu tersebut mungkin menimpa siapa saja. Dengan demikian, bersama-sama pemerintah, masyarakat dapat mendorong realisasi Kebijakan Satu Peta di Indonesia,” tutup Irham.
Mini seri Epen Cupen ini bisa ditonton di YouTube dengan kata kunci pencarian “Epen Cupen ini tanah siapa.”(***)