Tim gerak cepat kesehatan Kementrian Kesehatan tengah mengyelidiki penyebaran penyakit difteri di Manokwari, menyusul meninggalnya seorang pasien anak di RSUD Manokwari yang terdiagnosis terserang difteri klinis pada Senin (24/9) lalu.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, Otto Parorongan, mengatakan selain korban meninggal, telah dilaporkan dua anak yang tengah dirawat inap dengan gejala yang sama. Satu diantaranya adalah adik dari korban meninggal dunia.
“Penyakit ini bisa diobati, tapi kalau terlambat bisa meninggal. Pencegahannya ada pada imunisasi DTP HB 1,2 dan 3 yang dilakukan saat balita. Ketika bayi belum mendapatkan imunisasi ini maka penyebarannya kemungkinan terjadi,” ujar Otto dalam rilisnya kemarin.
Kata dia, difteri merupakan penyakit yang harus diwaspadai, karena bisa jadi penyakit luar biasa.
“Selama ini belum pernah kita temui kasus seperti ini baik di Manokwari maupun di Papua Barat,” katanya.
Untuk itu, pihak dinas sudah menghubungi MUI Papua Barat untuk berkoordinasi tentang imbauan bila mana ada penolakan masyarakat untuk imunisasi.
“Kalau nanti masih ada penolakan masyarakat yang tidak mau di imunisasi, maka pengentasannya akan lama,” tuturnya.
Terkait kasus ini Otto mengatakan akan mengevaluasi cakupan iminisasi rutin, apakah yang berjalan maksimal atau tidak.
“Kita khawatir, dua pasien baru ini sama sekali belum diimunisasi difteri. Ini akan menjadi bahan evaluasi soal cakupan imunisasi,” ujarnya.
Dinasnya sudah mengirim sampel ke Surabaya untuk konfirmasi laboratorium guna memastikan penyebab meninggalnya korban anak itu difteri atau bukan.
“Dokter penyakit dalam sudah diagnosa demikian. Kita kirim sampel hanya untuk memastikan saja,” jelasnya.
Difteri adalah salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan cara imunisasi. Di indonesia, imunisasi difteri adalah program wajib pemerintah.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
Difteri dapat menular melalui percikan ludah, barang yang terkontaminasi bakteri maupun sentuhan langsung dari luka.
Pengidap penyalit ini ini akan mengalami gejala seperti demam ,menggigil, sakit tenggorokan, sulit bernafas, pembengkakan kelenjar limfa pada leher, lemas dan pilek.(njo)