Oleh: Hendrik

Dua hari serasa tak singkat mengikuti kunjungan kerja Kapolres Manokwari, AKBP Adam Erwindi di dua Polsek terjauh, yaitu Polsek Amberbaken di Distrik Amberbaken, Kabupaten Tambrauw dan Polsek Kebar di Distrik Kebar, Kabupaten Tambrauw.

Meskipun berada di wilayah Kabupaten Tambrauw, namun status hukum dua Polsek itu berada di bawah wilayah Polres Manokwari.

Hari pertama, Sabtu (24/11) sekira pukul 13.00 WIT, Kapolres, Wakapolres dan Kabag Sumda didampingi ibu Bhayangkari tiba di Polsek Amberbaken.

Kapolres dan ibu ketua Bhayangkari diterima dalam prosesi adat berupa pengalungan noken dan menginjak kaki di piring dan adat Mpur, yang mana tamu yang datang dibayar adat.

Sekira 4 jam perjalanan Manokwari menuju Polsek ini. Kendaraan harus melewati dua kali besar, sekira 20 menit sebelum mencapai Polsek Amberbaken.

Di sana Kapolres mengumpulkan Kapolsek dan anggota, pihak klasis, kampung dan distrik guna memberikan pengarahan. Banyak hal yang dibahas dalam pertemuan ini, terutama kamtibmas akibat Miras.

Menurut Kapolres, menghilangkan niat itu tidaklah mudah, lain halnya dengan menghilangkan kesempatan. Sehingga, perlu kerjasama seluruh pihak untuk mengatasi hal ini. Miras jenis Ampo ini dibuat dengan mudah lantaran terdapat pohon enau di hutan dekat distrik tersebut.

Ini diakui Sekretaris Klasis GKI Amberbaken, Pdt Lidia Yansenem. Dia mengaku, di Amberbaken itu banyak sumur di bawah (tanah), tetapi banyak sumur pula di atas pohon (ampo dari pohon enau).

Kata dia, masalah kamtibmas sering muncul lantaran pengaruh miras, di mana TNI/Polri setempat dan pihak gereja selalu memediasi untuk menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi.

“Polri selalu hadir dalam persoalan yang terjadi di lingkungan. Mereka tidak langsung menindak tapi memberikan arahan dan nasehat,” ujarnya.

Pihak gereja juga pernah memangkas pohon enau dan membawa ke gereja untuk disembahyangkan. Namun, masih tetap saja masyarakat membuat enau dari pohon tersebut.

“Kembali ke mental. Kita akan terus bentuk dari pemberitaan firman. Daerah ini pusat enau, kita tidak mungkin kutuk pohon ini. Tapi bagaimana dijadikan bahan lain seperti gula merah,” pesannya.

Soal lain adalah, netralitas dalam Pemilu, serta solidaritas menjaga kamtibmas bersama TNI setempat. Itu juga dibahas dalam pertemuan yang berlangsung di ruang aula Polsek Amberbaken.

Tak hanya kunjungan, Kapolres bersama Ketua Bhayangkari Cabang Manokwari juga mengunjungi Gereja Kristen Injili di Tanah Papua, Klasis Amberbaken, Jemaat GKI Getsemani Saukorem. Mereka membagikan alkitab dan santunan pada pihak gereja, saat Brigpol Septinus Arui sedang memimpin ibadah sekolah minggu. Ibu ketua Bhayangkari juga memberikan bantuan buku baca kepada taman baca yang dikelola langsung istri Kapolsek Amberbaken.

Ada waktunya kerja, ada pula waktu refreshing. Itu lah yang terjadi dalam kunker kali ini. Memancing menjadi pilihan utama. Di malam hari, bersama mayarakat, setempat Kapolres, Wakapolres, anggota dan bahkan wartawan menjajaki lautan Amberbaken dengan menggunakan empat perahu.

Sejumlah ikan pun berhasil didapat. Dengan ukuran besar dan berbagai jenis, ini menandakan bahwa laut di Kampung Saukorem masih menyimpan banyak jenis ikan yang menjadi sumber kehidupan bagi warga kampung.

pop

Ikan hasil tangkapan langsung diolah malam itu. Makan bersama dan ramah tamah kecil-kecilan terjadi dengan hasil tangkapan perwira Polres Manokwari itu.

Minggu pagi (25/11) sekira pukul 10.00 WIT, rombongan bertolak menuju Polsek Kebar, di Distrik Kebar, Kabupaten Tambrauw. Membutuhkan sekira 2 jam lebih untuk tiba di Polsek Kebar jika menempuh perjalanan dari Polsek Amberbaken.

Perjalan mulus hingga keluar dari Distrik Mubrani. Saat hendak menuju Kebar, rombongan melewati jalan yang baru dirilis. Masih hamparan batu dan menanjak melewati bukit. Tepat di pertengahan jalan, mobil Wakapolres terperosok masuk di dalam lumpur sekira satu meter. Dari kejauhan memang tak terlihat itu adalah lumpur. Nampak posisi tanah yang keras, tapi saat melintas langsung terperosok dan tertanam. Tak bisa maju, juga mundur, hanya ban yang berputar di tempat. Maju salah, mundur pun tanggung.

Click here to preview your posts with PRO themes ››

Segala upaya pun dilakukan, namun apa daya, menderek mobil pun tak bisa. Seluruh anggota mandi lumpur guna mengevakuasi mobil dari dalam lumpur. 3 jam melakukan segala upaya pun belum membuahkan hasil. Tak ada signal pula. Akhirnya, salah satu mobil harus kembali dan mencari camp yang melakukan pekerjaan jalan ini. Hingga pukul 15.30 WIT, bantuan datang.

Mereka membawa dua alat berat untuk mengeruk lumpur dan kemudian mengevakuasi mobil. Tapi tak berjalan mulus, dua kali besi yang dipakai untuk menarik mobil patah. Alhasil, mobil baru berhasil dievakuasi sekira pukul 16.35 WIT.

Kapolres tidak ingin mengecewakan anggota Polsek Kebar yang sudah siap sejak siang untuk menerima kunjungan. Akhirnya, diputuskan untuk dilanjutkan perjalanan. Mobil harus berputar kembali ke jalur awal untuk melewati jalan lama menuju Kebar. Pasalnya, setelah genangan lumpur, ada jalan yang ambles cukup dalam sehingga tidak bisa dilalui.

Rombongan kemudian berputar balik untuk melewati jalur lama. Di jalur lama, dikenal dengan sebutan gunung pasir. Cukup was-was saat perjalanan hendak dilanjutkan, sebab kala itu hujan deras mengguyur daerah tersebut. Ruas jalan gunung pasir tanpa aspal, hanya hamparan batu dan pasir. Itu terjadi lantaran sering terjadi longsor. Namun, apa yang dikhawatirkan ternyata salah, perjalanan berlangsung mulus sampai di Polsek Kebar sekira pukul 19.20 WIT.

Kapolres, Wakapolres, dan Kabag Sumda langsung memberikan arahan kepada anggota. Yang menjadi penekanan adalah proses menuju Polres Manokwari sebagai polres Zona Integritas (ZI) dan TNI/Polri sebagai benteng terakhir pemersatu untuk menangkal isu agama dalam dunia politik.

Soal ZI, Kapolres menekankan bahwa jika nantinya Polres Manowari terpilih sebagai Polres ber-ZI, maka itu akan berdampak pada baiknya tunjangan kinerja dibanding Polres Polres lain serta dapat dicanangkan lagi untuk menuju WBBM ( Wilayah Birokrasi Bersih Melayani), yang juga nantinya dampak dari WBBM adalah bisa meningkatkan lagi tunjangan kinerja anggota.

Usai arahan Kapolres, waktunya istirahat. Cuaca belum bersahabat lantaran masih hujan berintensitas rendah.

Keesokan harinya, Senin (26/11), Kapolres dan rombongan mengunjungi tempat pemandian air panas alami. Tempat yang berpotensi menjadi objek wisata andal di Kebar itu kini dalam tahap pembangunan, di mana tampak pekerjaan pengecoran kolam tambahan sedang dilakukan oleh para pekerja.

Kolam tambahan itu nantinya akan menampung air yang melewati langsung pipa besi dan bisa menambah kapasitas pengunjung.

Setelah mengunjungi pemandian air panas, rombongan bergerak menuju Distrik Miyah, tempat di mana terdapat air terjun tujuh tingkat. Sekira dua jam dari pemandian air panas untuk tiba di lokasi air terjun itu.

Sepanjang perjalanan, disengat terik matahari, dinginnya hujan dan tebalnya kabut. Lelah itu terbayar dengan sejumlah pemandangan yang cukup eksotis. Air terjun itu benar-benar tujuh tingkat. Airnya begitu dingin dan jernih.

Semua itu tinggal membutuhkan perhatian serius saja, maka objek wisata yang ada di Kebar dan Miyah serta beberapa tempat lainnya akan menjadi sesuatu yang bernilai jual.(***)