Masyarakat suku besar Arfak yang bermukim di Manokwari Selatan, yaitu suku Hatam dan Sou, harus saling bersatu dan mendukung, bukan saling menjatuhkan dan menyakiti.
“Seperti lilin mari kita jadi satu. Pasti Tuhan akan berkati,” kata Pdt Octovianus Iga dalam khotbahnya dalam perayaan Natal Suku Besar Arfak di panggung terbuka Kabupaten Manokwari Selatan di Ransiki, Minggu (23/12/2018).
Sebelumnya, Kepala Suku Besar Arfak, yang juga Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan, Bupati Manokwari Selatan Markus Waran, Kepala Suku Sou, Kepala Suku Hatam memasang lilin besar, diikuti pemasangan lilin kecil oleh, antara lain, Ketua Klasis GKI Ransiki, Ketua Klasis GPKAI, Wakil Bupati Mansel Wempi Rengkung, dan Ketua DPRD Mansel Esau Ahoren.
Pdt Iga mengibaratkan persatuan itu seperti lima jari tangan manusia yang semua memiliki peran dan fungsi masing-masing yang saling melengkapi.
Jari jempol merasa paling tua sehingga minta selalu dihormati. Jari telunjuk mengatakan saat manusia menunjuk sesuatu, dia yang digunakan.
Jari tengah tak mau kalah. Dia mengajak semua jari untuk mengukur siapa yang paling tinggi.
Jari manis beragumen bahwa dia yang selalu diberi hadiah manusia yang menikah.
Jari kelingking mengatakan empat jari lainnya memang punya fungsi dan kegunaan sendiri, tapi tanpa jari kelingking manusia jadi cacat dan tak bisa berfungsi normal.
Hal senada dikatakan Pdt Moses Waran yang membawakan khotbah dalam bahasa Hatam, dan Pdt Darius Inden yang berhotbah dalam bahasa Sou.
Mereka menekankan kerukunan antar suku dalam suku besar Arfak akan membuat tercapainya berbagai hal besar.
Mereka juga mengingatkan untuk selalu menjaga hubungan baik dan selaras dengan sesama manusia dan alam. Sebab, bila alam rusak, maka manusia juga akan rusak.(an/dixie)
Click here to preview your posts with PRO themes ››