Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada 2018 ada 2,53 persen warga Teluk Bintuni yang buta aksara.
“Itu berarti lebih dari 1.100 penduduk usia 15 tahun ke atas yang buta huruf,” ujar Kepala BPS Teluk Bintuni, Johanis Lekatompessy, di ruang kerjanya, Kamis (10/1/2019).
Secara nasional, pada 2017 ada 4,50% penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas yang buta aksara.
UNESCO mendefinisikan buta aksara sebagai ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, berkomunikasi dan menghitung menggunakan material tercetak dan tertulis terkait dengan konteks bervariasi.
Dia lalu mengatakan rendahnya kesadaran dan minat untuk bersekolah menjadi batu sandungan untuk meningkatkan angka melek huruf, sekaligus menekan angka buta aksara di Indonesia, khususnya di Kabupaten Teluk Bintuni.
Data menunjukkan lebih banyak perempuan yang buta aksara dibanding laki-laki. Hal sama terlihat pada angka partisipasi sekolah (APS) perempuan yang lebih rendah dibandingkan laki-laki.
Di usia 7-12 tahun APS perempuan lebih rendah 2,03% dibanding laki-laki, dan
usia 13–15 tahun APS perempuan lebih rendah 5,8% dari laki-laki.(cpk6/dixie)
Click here to preview your posts with PRO themes ››