Pakomis Wambrau, salah satu warga Sanggeng, Kelurahan Sanggeng, Distrik Manokwari Barat, kini dipercayakan untuk membina sekira 80 orang anak putus sekolah di wilayahnya yang dikenal nakal, pengguna lem aibon dan narkoba.
Pembinaan dan pendampingan itu merupakan program dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Manokwari.
Kepada papuakini.co, Pakomis mengaku dulunya pernah nakal. Dia tidak mau itu terjadi pada anak-anak di wilayah sanggeng.
Dia juga ingin mengilangkan stigma masyarakat bahwa Sanggeng adalah zona merah.
“Saya berusaha untuk mengumpulkan mereka dengan kemampuan saya. Saya juga pernah nakal dan saya tidak mau itu terjadi pada mereka. Mereka anak putus sekolah dan kurang mendapat perhatian serius dari orang tua,” ungkap Pakomis.
Untuk menjauhkan mereka dari kegiatan negatif, Pakomis melakukan berbagai kegiatan agar melupakan dan meniadakan mereka untuk melakukan kegiatan jahat.
“Tiga bulan ini mereka dipenuhi dengan aktivitas, seperti latihan vokal grup, berlatih bola. Kami juga mendapatkan pekerjaan pembuatan MCK dari sebuah bank sebanyak 20 unit di RW 4 Kelurahan Sanggeng,” ungkapnya.
Dia berharap dukungan pemerintah tidak putus, agar pembinaan bisa terus dilakukan. Dia juga menginginkan adanya rumah sanggah untuk menampung mereka. Sebab, saat ini dia menampung mereka di rumahnya.
Menanggapi ini, Wakil Bupati Manokwari, Edi Budoyo berharap terobosan ini bisa menghijukan wilayah Sanggeng.
“Semua itu ada di tangan kalian. Tinggalkan masa lalu dan menuju masa depan yang lebih baik,” ujar Wabup dalam kegiatan lepas sambut 2018/2019 yang digelar DP3AKB.
Dalam kegiatan itu, Wabup juga menyerahkan bantuan uang tunai untuk menambah biaya pembinaan.
Sementara itu, Kepala Dinas DP3AKB, Maria M Rumere mengatakan, anak-anak di dalam pembinaan saat ini sudah siap untuk meninggalkan kehidupan mereka yang dulu.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
“Mereka mau masuk dalam kehidupan yang baru bersama kami di DP3AKB Kabupaten Manokwari. Kita ingin Sanggeng tidak merah lagi. Saya mohon dukungan semua pihak,” harapnya.
Daniel Masso, salah satu anak berterimakasih pada semua pihak karena sudah mau menuntun mereka.
“Meskipun kami ini sering dipandang anak nakal, tapi kami cuma mau bilang kami sudah mau berubah pelan-pelan untuk mengikuti Tuhan, dan mau tunjukkan kepada orang bahwa sanggeng tidak selamanya di cap merah,” pesannya.
Dia lalu mengajak semua anak Sanggeng untuk bergabung dan mencari jalan yang baik dan memperbaiki diri. (cpk5/njo)