Penangkapan hiu dalam jumlah banyak tanpa kontrol dengan metode jaring insang hanyut dikhawatirkan akan menurunkan, bahkan bisa memusnahkan populasi hiu di perairan Kabupaten Teluk Bintuni.

Kekhawatiran ini dikatakan Ashar, seorang nelayan setempat.

Menurutnya, hiu-hiu itu terjaring karena nelayan sangat gencar mencari ikan kakap China, atau secara lokal dikenal sebagai ikan conggek, yang harganya Rp30 ribu per kg.

Sistem jaring insang hanyut yang dibentangkan dan dihanyutkan mengikuti arah arus, menurutnya, membuat semua jenis ikan terjaring.

“Malah lebih banyak hiu yang tertangkap dari conggek. Setiap penjaringan, setahu saya, 20-30 ekor hiu yang terjaring dengan ukuran 20 cm sampai 1,5 meter,” tuturnya, Senin (14/1/2019).

“Kebanyakan hiu yang tertangkap jenis  hiu martil, hiu putih, dan sekali-sekali hiu gergaji. Yang dominan hiu martil,” ungkapnya di komplek kampung nelayan Tahiti, Distrik Bintuni.

Hiu itu oleh nelayan dipotong siripnya lalu dikeringkan sebelum dijual dengan harga tinggi. Dagingnya dijual pada nelayan untuk umpan kepiting.

“Bau darah ikan hiu yang sangat tajam, dan dagingnya yang keras, membuat kepiting lebih cepat merespon umpan itu
dibandingkan dengan jenis ikan lain,” jelasnya.(cpk6/dixie)

Click here to preview your posts with PRO themes ››