Anda pasti akan terkesan bila berkunjung ke Saung Berkarya di Hambalang, Kabupaten Bogor. Anda juga pasti akan terkesan dan sepakat dengan pendapat bahwa inilah workshop pertanian yang menjadi solusi krisis energi dan pangan di desa-desa.
Membentang seluas tiga hektar, Saung Berkarya yang dibangun Hutomo Mandala Putra, alias Tommy Soeharto itu merupakan rancangan Sri Wahyuni, dosen Institut Pertanian Bogor dan Universitas Pakuan, sebagai miniatur desa mandiri energi dengan pertanian terpadu.
Saung terdiri dari satu bangunan induk dan dua aula terbuka untuk menerima kelompok besar petani dari berbagai wilayah di Indonesia.
Jangan berharap melihat lampu listrik di Saung Berkarya. Yang ada adalah lampu petromaks dengan bahan bakar biogas. Tidak ada tabung LPG, atau Elpiji, tiga atau 12 kilo untuk membuat kompor menyala.
“Semua menggunakan bahan bakar biogas,” kata Sri Wahyuni pada pekerja pers. “Pemanas ruangan juga menggunakan biogas, termasuk lampu untuk menetaskan telur,” tambahnya.
Tidak jauh dari bangunan induk terdapat kandang sapi, domba, dan ayam. Di sekeliling bangunan ada kebun-kebun percontohan berbagai jenis tanaman seperti cabai, oyong Jepang, rumput gajah untuk pakan sapi, dan berbagai jenis sayuran.
Di sisi salah satu aula ada rak-rak hidroponik dengan berbagai jenis sayuran. Ada kubah warna biru di bawah tanah dan bak penampungan limbah kotoran sapi.
“Kubah berfungsi sebagai penampung gas,” kata Sri Wahyuni, perempuan yang dijuluki Ratu Biogas.
Menurut Mbak Sri, demikian anak transmigran Pulau Buru itu biasa dipanggil, belum seluruh lahan Saung Berkarya terbangun.
Lahan di bagian bawah akan disulap menjadi kandang berkapasitas 50 ekor sapi, embung berbentuk hati, kandang domba, dan sarana agrowisata mini.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
“Inilah miniatur desa mandiri energi dan pertanian terpadu. Tidak ada yang terbuang. Kotoran sapi, setelah diambil gasnya dimanfaatkan untuk pupuk tanaman,” jelas Sri Wahyuni.
Air kencing sapi juga dimanfaatkan untuk pestisida alami. Makanya, semua tanaman di Saung Berkarya menggunakan air kencing sapi.
Hampir setiap pekan Saung Berkarya kedatangan kelompok-kelompok tani dari berbagai wilayah di Indonesia.
Terakhir, Saung Berkarya kedatangan Perhimpunan Anak Transmigran Republik Indonesia (Patri), yang mencoba belajar di workshop.
Meski didirikan Tommy Soeharto, Ketua umum Partai Berkarya, Saung Berkarya terbuka untuk siapa saja.
“Kami tidak pernah bertanya pengunjung dari mana dan simpatisan partai apa. Di sini, siapa pun bisa belajar dan kami siap membantu masyarakat desa mandiri energi dan pangan,” tutur Sri Wahyuni.
Walhasil, banyak pengunjung bertanya apakah Tommy Soeharto akan membangun workshop serupa di setiap kabupaten di Indonesia. “Itu menunjukan workshop mandiri energi dan pertanian terpadu adalah kebutuhan masa depan,” tegas Sri Wahyuni.(***)