Jiah, Peraturan Baru Menhub Tiket Bukannya Turun Malah Naik

Relatif mahalnya harga tiket pesawat terbang sepertinya akan terus berlanjut. Pasalnya, tak ada penurunan harga batas atas dalam peraturan terbaru Menteri Perhubungan, Kepmenhub Nomor KM 72 Tahun 2019.

Kepemenhub itu malah menaikkan batas bawah harga tiket pesawat komersil berjadwal.

Bila dalam peraturan sebelumnya, Permenhub No 14 Tahun 2016, harga batas bawah harga adalah minimal 30% dari harga batas atas, maka di aturan terbaru itu batas bawah minimal 35% dari batas harga atas.

Dengan peraturan baru yang tidak menurunkan batas atas tersebut, maka murah-mahalnya harga tiket penerbangan domestik tergantung pada ‘belas kasih’ maskapai-maskapai penerbangan di Indonesia yang saat ini didominasi dua group besar.

Pasalnya, selama harga tidak melampaui batas atas, maka maskapai penerbangan tidak melanggar aturan.

Peraturan Baru Menhub Tiket Bukannya Turun Malah Naik, Saatnya Open Sky Policy
Harga tiket penerbangan Jakarta-Manokwari untuk 1 April 2019 saat diakses Sabtu (30/3/2019) sore.

Dua group itu adalah group Garuda Indonesia dengan maskapai Garuda Indonesia, Citilink, dan Sriwijaya plus NamAir, dan group Lion Air dengan Batik Air, Lion Air, dan Wings Air.

Penentuan mahal-murahnya harga tiket memang relatif. Sulit menentukan apakah harga tiket yang dipatok maskapai memang sudah sesuai, dalam arti keselamatan penerbangan terjamin dan perusahaan dapat untung sewajarnya.

Tapi, jika meninjau jarak penerbangan dalam kilometer, sulit rasanya menerima bahwa maskapai mendapatkan keuntungan wajar dari harga tiket penerbangan domestik saat ini.

Mari kita bandingkan apple to apple dalam pengertian penumpang dapat makan minum dan bagasi gratis dan jarak kilometer penerbangan serupa.

Kita contohkan penerbangan Jakarta-Manokwari dengan Jakarta-Hong Kong untuk 1 April dengan masa pencarian online per pukul 18.43 WIT, Sabtu, 30 Maret 2019.

Peraturan Baru Menhub Tiket Bukannya Turun Malah Naik, Saatnya Open Sky Policy
Harga tiket Jakarta-Hong Kong untuk 1 April saat diakses Sabtu (30/3/2019) sore.

Jarak Jakarta-Manokwari dari Soekarno-Hatta menurut Kemenhub adalah 3.079 km, dan 3.075 km dari Halim Perdana Kusuma.

Jarak Jakarta-Hong Kong, menurut situs ini adalah 3.268 km.

Jelas terlihat lebih jauh hampir 200 km ke Hong Kong dari Jakarta ketimbang ke Manokwari.

Tapi kenapa harga tiket Jakarta ke Hong-Kong lebih murah ketimbang Jakarta ke Manokwari melalui Malindo Airways yang memberikan makan gratis, in-flight entertainment, dan bagasi kabin 7 kg serta bagasi kargo 20 kg gratis?

Malindo Airways, menurut Wikipedia, adalah maskapai penerbangan bertarif rendah yang berbasis di Malaysia. Maskapai ini merupakan perusahaan patungan antara Malaysia National Aerospace and Defence Industries (NADI) (51%) dan Lion Air dari Indonesia (49%). Nama ‘Malindo’ berasal dari nama negara masing-masing: Malaysia dan Indonesia.

Click here to preview your posts with PRO themes ››

Sulit bagi saya menjawabnya karena saya tak paham soal perhitungan tarif udara. Tapi, mungkin salah satu penyebabnya adalah begitu banyaknya penerbangan yang melayani rute tersebut, langsung maupun tak langsung.

Sangat kontras tentunya dengan Jakarta-Manokwari yang hanya memiliki satu penerbangan langsung melalui Batik Air, dan segelintir penerbangan tak langsung.

Harga tiket rute ini makin gila perbedaannya, jika kita membandingkannya secara non apple to apple dengan berbagai low cost carrier (bagasi dan makan-minum berbayar), alias maskapai murah meriah tapi tak murahan, seperti AirAsia, JetStar, dan Scoot.

Tiga maskapai ini bukan perusahaan ‘kaleng-kaleng.’

Harga tiket Jakarta-Hong Kong untuk 1 April saat diakses Sabtu (30/3/2019) sore.
Harga tiket AirsAsia Jakarta-Hong Kong untuk 1 April 2019 kala diakse Sabtu (30/3/2019) sore.

AirAsia rasanya banyak yang sudah tahu dan bahkan menaiki maskapai asal negeri Jiran nya yang terbang sampai ke Guam, Amerika Serikat itu. Maskapai ini dikenal ‘sangat gila’ karena kalau lagi promo, harganya sangat murah sampai tak masuk akal.

JetStar adalah anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya Qantas, flag carrier Australia, sedangkan Scoot adalah anak perusahaan maskapai sangat terkenal di dunia, Singapore Airlines, yang terbang hingga ke Berlin dan Athena.

OPEN SKY POLICY

Berkaca dari banyaknya frekuensi penerbangan ke Hong-Kong dari Jakarta, baik via Singapura, Kuala Lumpur, maupun Bangkok, yang membuat harga kompetitif (bukan murah), mungkin yang bisa menurunkan harga tiket adalah penerapan open sky policy penerbangan komersil domestik untuk maskapai-maskapai regional negara tetangga seperti AirAsia, Scoot, dan JetStar tadi.

Siapa tahu kalau pemerintah pusat mengijinkan mereka melayani seluruh penerbangan domestik, bisa-bisa harga yang ditetapkan semua batas bawah. Atau sedikit di atas batas bawah.

Yang pasti, dengan semakin banyaknya maskapai penerbangan yang melayani rute domestik di Indonesia, akan tercipta kompetisi. Kompetisi akan mendorong terciptanya persaingan yang hampir pasti akan menurunkan harga tiket pesawat.

Ini tentunya tak mudah, karena terkait kebijakan G-to-G yang biasanya berprinsip resiprokal. Belum lagi kemungkinan tentangan maskapai lokal, plus embel-embel lain yang tak etis rasanya saya sebutkan di sini.

Tapi, demi persaingan bisnis dan iklim kompetisi yang sehat, plus harga tiket wajar untuk masyarakat, mungkin sudah saatnya pemerintah pusat mempertimbangkan kebijakan ini.

Amin.(dixie)