Pengurus Futsal Papua Barat Louis Rumakewi mempertanyakan kepedulian dan anggaran pembinaan KONI Papua Barat terhadap cabang olahraga itu.
“Tiap tahun KONI minta masukkan program kerja. Kita masukkan, tapi nyatanya tak ada tanggapan. Kita cari dana sendiri untuk pembinaan pemain dan wasit,” ujarnya, Senin (15/07/2019).
Dia kemudian menyatakan kondisi ini sangat ironis, mengingat futsal merupakan salah satu dari sedikit cabang olahraga yang membuat Papua Barat dikenal di tingkat nasional dan internasional.

Papua Barat dikenal di cabang olahraga ini karena pernah meraih berbagai prestasi, seperti juara Pro Liga Futsal Indonesia 2016.
“Semestiya, dengan kondisi seperti ini KONI bersyukur. Semestinya KONI berkaca diri. Apa yang KONI buat untuk cabor? Apa yang KONI berikan buat cabor untuk pembinaan atlit? Cabor jadi istilahnya bertanya-tanya juga apa yang KONI buat untuk cabor?” tegasnya.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
Dia menyatakan dengan nyaris tak adanya dana pembinaan itu, maka direkrutlah pemain-pemain luar daerah yang kualitas dan kemampuannya tak diragukan lagi.
“Ingat, cabor punya target. Bukan cuma KONI yang punya target. Kita ambil pemain yang kualitasnya timnas, yang rata-rata di atas pemain Papua Barat
Kami jamin kalau enam pemain ini masuk, Papua Barat pasti lolos (PON XX),” ungkapnya.
Dia lalu menegaskan para pemain itu bukan pemain kontrak sesuai peraturan KONI. Tapi, mereka tetap harus digaji sesuai standar KONI. “Mereka sudah dua tahun pemain Black Steel Manokwari yang berlaga di Pro Futsal League,” tegasnya.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
Dia mengakui saat ini memang belum ada pemain untuk pra PON. Pengurus sedang berupaya melaksanakan Kejurda sekaligus untuk seleksi pemain pra PON.
“Anggaran 100 juta dari KONI saya gunakan 50 juta untuk bantu panitia laksanakan kejurda,” tuturnya.(an)