Rokok menjadi komponen pengeluaran terbesar kedua masyarakat perkotaan dan perdesaan yang memberi sumbangan besar terhadap Garis Kemiskinan Makanan (GKM) di Papua Barat pada September 2019.
Ini terungkap dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat tentang data kemiskinan dan ketimpangan Papua Barat, yang diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2019, yang disampaikan Kepala BPS Papua Barat Maritje Pattiwaellapia di kantornya, Rabu (15/01/2020).
Tingkat pengeluaran rokok ini lebih besar di perdesaan (14,81%) dibanding perkotaan (9,82%).
Penggeluaran terbesar warga di kedua kawasan itu masih sama seperti sebelum-sebelumnya, yaitu beras.
GKM merupakan nilai kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilo kalori per kapita per hari.
Pattiwaellapia menegaskan banyak sedikitnya jumlah penduduk miskin karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita (orang) per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
Selama Maret-September 2019, Garis Kemiskinan naik dari Rp573.313 per kapita per bulan jadi Rp591.336 per kapita per bulan, alias naik 3,14%.
Sementara, Garis Kemiskinan secara year on year September 2018 – September 2019 naik 5,41% dari Rp650.975 per kapita per bulan pada September 2018 jadi Rp591.336 per kapita per bulan pada September 2019.(***/dixie)