Kisah Sukses Tukang Cuci Lulusan SMA Jadi GM Swiss-Belhotel Manokwari

Oleh: Hendrik Akbar

Yacob Nainggolan namanya. Pria kelahiran 8 April 1972 tamatan sebuah SMA di Surabaya ini punya cerita panjang dan pengalaman segudang dalam hospitality industry sebelum jadi General Manager Swiss-Belhotel Manokwari.

Dia adalah contoh klasik pekerja ulet yang bukan cuma menerapkan kerja keras, tapi juga kerja cerdas.

Saat pertama kali berkecimpung di bidang perhotelan dia bertugas di bagian laundry sebuah hotel di Jakarta. Di bagian itu dia mendapat pelajaran sekaligus pengalaman berharga, terutama saat baju tamu hotel rusak karena dia salah menyetrika.

Dari situ dia jadi roomboy, doorman, dan bellboy.

Saat jadi bellboy, alias ‘buruh bagasi’ tamu hotel, dia mengumpulkan tips yang didapat. Tips terbesar yang diterimanya Rp200 ribu. Tabungan tips itu kemudian dibelikannya tanah seharga Rp3,5 juta di Surabaya.

Selepas itu dia jadi salah seorang pekerja migran Indonesia yang mencari rejeki di negeri petrodollar, Uni Emirat Arab. Empat tahun dia bekerja di Dubai sebagai concierge sebuah hotel di sana.

Dari negeri para Emir itu dia mendekat ke Tanah Air, tepatnya ke Kesultanan Brunei Darussalam. Di negeri yang dipimpin Sultan Hasannal Bolkiah dia dipercaya jadi head concierge di sebuah hotel di sana.

Sekira sembilan bulan meniti karir di negara yang ada di Pulau Kalimantan itu, dia kembali ke Tanah Air dan bekerja di sejumlah hotel di Jakarta dan Surabaya.

Medio 2011 dia bergabung bersama international chained-brand hotel, Aston International, yang kini jadi Archipelago International, di Medan.

Di Medan dia jadi Front Office Manager selama empat tahun. Dari situ dia dipindah ke group Aston di Cirebon jadi Assistant General Manager selama dua tahun.

Click here to preview your posts with PRO themes ››

Dia kemudian dipercaya menduduki jabatan tertinggi di hotel untuk pertama kalinya dengan menjadi General Manager di sebuah hotel kelompok Aston di Jakarta. Jabatan sama dipercayakan padanya dengan jadi GM di sebuah hotel kelompok Aston di Balikpapan.

Untuk jadi GM bukan perkara mudah, karena dia ‘cuma’ tamatan SMA. Dua kali lamaran yang diajukannya untuk jadi GM hotel pernah ditolak karena jenjang pendidikannya itu.

Kendala itu bisa diatasinya berkat track record dan kinerja mumpuni di berbagai bidang di semua semua hotel yang pernah jadi tempatnya meraih rejeki dan meniti karir.

Dari Pulau Kalimantan dia pindah ke Tanah Papua dengan menjadi GM Swiss-Belhotel Manokwari sejak dua pekan lalu.

“Tamatan SMA saja bisa (jadi GM). Yang paling penting dalam pekerjaan adalah komitmen, displin, dan kejujuran. Jika iya, maka yang lain akan mengikuti,” pesannya.(*)