Calon Bupati Kaimana Fredi Thie menolak untuk dibopong masyarakat dengan sebuah kursi yang telah disiapkan dari pantai kampung Warifi menuju posko pemenangan yang berjarak sekira 1,5 KM.
Pria yang menjadikan Hasbullah Furuada sebagai pendampingnya itu mengaku jika penolakan tersebut dilakukan karena dia adalah pelayan masyarakat, sehingga tidak perlu mendapatkan pelayanan demikian.
“Saya sadar benar bahwa saya adalah pelayan masyarakat, sehingga tidak etis kalau mereka harus memikul saya menggunakan kursi. Apalagi jaraknya cukup jauh dari pantai ke Posko dengan rute yang menanjak,” katanya.
Menurut pria kelahiran Kaimana ini, dukungan masyarakat kampung Bamana yang lebih dikenal dengan sebutan Warifi itu telah membuatnya bangga. Dirinya yakin jika masyarakat yang ada di tempat ini juga membutuhkan adanya perubahan kearah yang lebih baik.
“Saya berterima kasih bahwa kondisi hari ini telah menepis isu bahwa kami akan diusir disini. Karena pada kenyataanya kami diterima dengan begitu baik. Saya yakin dengan visi misi dan program aksi yang kami tawarkan ini akan membuat pasangan Terkabul meraih suara terbanyak di kampung ini,” katanya.
Penolakan ini bukan hanya terjadi di Warifi, namun di kampung-kampung lain pun demikian. Selain menolak untuk dibopong dengan kursi, baik Fredi Thie maupun Hasbulla Furuada juga menolak untuk dipikul masyarakat dari ujung meti demi melewati pecek menuju daratan kering ketika kondisi air sedang surut.
“Saya berdosa kalau membiarkan masyarakat memikul saya, padahal saya adalah pelayan mereka. Saya dan ade Hasbullah mencalonkan diri sebagai Bupati dan wakil bupati Kaimana untuk menjadi pelayan dan melayani masyarakat, sehingga tak elok kalau kami diperlakukan demikian,” tutupnya. (yos)