Masyarakat merupakan komponen terpenting dalam pemekaran sebuah daerah.

Ini tersirat dalam pernyataan Bupati Manokwari Selatan, Markus Waran ST MSi, dalam peringatan HUT ke-9 Kabupaten Manokwari Selatan di lapangan Lahai Roi, Ransiki, Selasa (16/11/2021).

“Kalau tak ada masyarakat kau tak jadi tokoh. Tak ada masyarakat, saya tak jadi bupati. Oleh karena itu, ada masyarakat, ada pemerintah. Hadir kabupaten ini,” tutur Bupati Manokwari Selatan.

Markus Waran menyatakan ini sebagai bagian dari penjelasan jika ada yang bertanya kenapa tak ada pembacaan sejarah pemekaran Manokwari Selatan dalam upacara peringatan HUT ke-9 Kabupaten Manokwari Selatan.

Pemkab Manokwari Selatan, ungkap Bupati Manokwari Selatan, sudah menulis tentang sejarah pemekaran. Tapi, terjadi tarik ulur karena ada merasa yang sebagai yang paling utama.

“Sebenarnya kita pemekaran mau apa? Mau membanggakan diri, marga, kelompok tertentu, ataukah?” ujar Bupati Manokwari Selatan tanpa menyelesaikan pernyataannya.

“Yang jelas kita hargai tokoh-tokoh pejuang pemekaran. Tetap kita buat (sejarah pemekaran) itu. Tapi, saya harap, saya harap, selaku Bupati kapasitas Dewan Adat, kita duduk bicara, para-para adat, terus kita tulis. Buat buku sejarah. Jangan tarik ulur, angkuh. Ini bilang dia yang ini, dia yang pertama, dia yang duduk di pingir-pinggir. Kapan selesainya?” tegas Bupati Manokwari Selatan dengan nada tinggi.

Bupati Manokwari Selatan kemudian mengatakan tidak mengabaikan tim pemekaran. “Nanti dewan adat daerah terbentuk, nanti kita undang. Tempat pertama pengusulan pemekaran akan jadi kantor dewan adat dan akan dibangun tugu di dalamnya,” beber Bupati Manokwari Selatan.

Bupati Manokwari Selatan juga mengatakan pada awalnya tidak ada pemekaran Manokwari Selatan, karena tergabung dengan Pegunungan Arfak. Tapi berkat kegigihan sejumlah tokoh, termasuk yang kala itu sedang sakit malaria, dan dukungan Bupati Manokwari (saat itu Dominggus Mandacan, kini Gubernur Papua Barat, red), akhirnya Manokwari Selatan juga mekar.

Click here to preview your posts with PRO themes ››

“Sebenarnya Mansel tidak ada. Semua 1 di Pegaf. Gabung Pegaf. Terima kasih mantan-mantan DPR yang bersuara tegas, lantang, ditambah Dewan Adat Distrik Ransiki, guberur sekarang, yang menyatakan kami ingin kabupaten sendiri. Terima kasih tim akar rumput, ketua MRPB, akhirnya dibagi Pegaf sendiri, Mansel sendiri, sehingga tanggal HUT pemekaran sama (dengan Kabupaten Pegunungan Arfak),” ungkap Bupati Manokwari Selatan lalu menganalogikan usia 9 tahun ini ibarat anak SD kelas III.

Bupati Manokwari Selatan lalu mengajak semua bersatu bangun Tanah Papua, Papua Barat, Manokwari raya, Manokwari Selatan.(dixie)