Sergio Canavero
TEROBOSAN: Profesor Sergio Canavero berbicara kepada media mengenai transplantasi kepala dalam konferensi pers di Glasgow, Skotlandia, baru-baru ini.

 

SEORANG ahli neurologi (saraf) asal Italia berumur 51 tahun, telah mengumumkan rencana untuk melakukan transplantasi kepala manusia pertama di dunia. Sergio Canavero mempersiapkan dirinya untuk melakukan apa yang tidak ada yang pernah membayangkan lakukan sebelumnya.
Ia bahkan akan melibatkan teknologi Realitas Virtual (VR) untuk membuat transisi ke tubuh baru berjalan lancar.
Seperti diwartakan Press Association, teknik ini telah diungkap Canavero saat konferensi Royal College of Physicians and Surgeons of Glasgow di Skotlandia, pekan lalu.
“Sistem realitas virtual akan mempersiapkan pasien dalam cara yang terbaik untuk menyambut dunia baru yang ia akan hadapi dengan tubuh barunya,” kata Canavero. “Sebuah dunia di mana ia akan bisa berjalan lagi.”
Sistem ini terdiri dari tali-tali pegangan yang memungkinkan pasien untuk berlatih dalam posisi berdiri, saat menggunakan headset VR. Kontrol tangan juga dimungkinkan dalam sistem ini. Pasien akan terlibat dalam pengalaman realitas virtual mengenai kegiatan yang memerlukan penggunaan gerakan tubuh.
Pengalaman ini akan dikembangkan berdasarkan teknik yang digunakan dalam neurorehabilitation konvensional.
Dikembangkan oleh perusahaan teknologi berbasis di Chicago, Amerika Serikat, Inventum Bioengineering Technologies, sistem ini dirancang untuk membantu calon pasien transplantasi kepala menghadapi kecanggungan saat ia melihat ke bawah dan melihat tubuh seseorang lain.
Pasien akan menghabiskan waktu hingga 12 bulan untuk berlatih menggunakan sistem ini sebelum proses transplantasi dilakukan pada Desember 2017.
Canavero menjelaskan bawa operasi transplantasi akan membutuhkan waktu 36 jam. Dalam prosesnya akan melibatkan setidaknya 150 orang, seperti dokter, perawat, teknisi, psikolog, dan insinyur realitas virtual. Seluruh proses akan membutuhkan biaya USD20 juta atau sekitar Rp270 miliar.
Telah menyatakan niatnya pada awal 2015, Canavero menjelaskan proses akan menjadi prosedur dua bagian. Bagian pertama ia sebut sebagai HEAVEN – usaha kepala anastomosis. Yang kedua, Gemini – kabel fusi tulang belakang, seperti dilansir dari India Times.
Akan ada dua tim bedah yang bekerja bersama-sama. Satu hanya akan fokus pada pasien, dan yang lain yang secara khusus akan fokus pada donor tubuh, pasien dengan otak tak berfungsi dengan karakteristik fisik dan immunotype cocok. Kedua pasien akan dibius dan terhubung dengan tabung pernapasan.
Kedua kepala pasien akan didinginkan hingga suhu minus 12-15 derajat Celcius sehingga membuat otaknya mati secara sementara. Setelah itu, kepala pasien dan donor secara bersamaan akan dipisahkan dari saraf tulang belakang menggunakan pisau ultra tajam.
Kepala pasien kemudian disambungkan ke tubuh donor menggunakan senyawa polietilen glikol untuk memadukan ujung saraf tulang belakang.
Ahli bedah kemudian akan menjahit arteri dan vena pasien kepala ke tubuh barunya. Aliran darah donor tubuh kemudian akan mulai menghangatkan kepala pasien ke suhu normal dalam hitungan menit.
Pasien akan berada dalam kondisi koma selama sekitar sebulan untuk mencegah pergerakan apa pun, sementara tulang belakang akan dirangsang dengan elektroda untuk memperkuat koneksi saraf. Canavero memprediksi pasien akan dapat berjalan dalam waktu setahun pasca operasi.
Ternyata tidak begitu sulit bagi Canavero untuk mendapatkan pasien. Ia adalah seorang manajer program pengembangan perangkat lunak berumur 31-tahun asal Rusia. Valery Spiridonov menderita penyakit Werdnig-Hoffman, kondisi pada saraf motorik di mana otot-otot melemah yang menurunkan pergerakannya.
Sebagian besar penderita penyakit ini meninggal dunia di tahun-tahun pertamanya, tetapi Spriridonov termasuk dalam 10 persen orang yang sanggup bertahan hingga usia dewasa.
Selain terbatasnya gerakan yang dapat ia lakukan saat ini, Spiridonov juga memiliki kesulitan dalam mengunyah, menelan, dan bernapas.

Click here to preview your posts with PRO themes ››

 

Valery Spiridonov
SIAP RESIKO: Valery Spiridonov, yang menggunakan kursi roda elektrik pada kesehariannya, siap jadi pasien pertama.

Begitu mengetahui mengenai ide Canavero, Spiridonov langsung menawarkan diri untuk menjadi pasien pertama. Ia berharap bahwa hidupnya dapat menjadi lebih baik, sebelum penyakit yang diderita membunuhnya.
Canavero sendiri menganggap keputusan Spiridonov merupakan langkah yang berani.
Sejauh ini, Canavero mengklaim bahwa ia telah sukses melakukan teknik transplantasi kepala kepada berbagai hewan. Salah satunya adalah anjing yang bisa berjalan lagi setelah sumsum tulang belakang disambungkan.
Dalam sebuah wawancara dengan Xinhua (25/5), Alberto Delitala, presiden Italian Society of Neurosurgery, mengatakan bahwa semua teknik baru harus berdasarkan pada uji eksperimen yang telah diajukan kepada komunitas ilmiah internasional sebelum diterapkan pada manusia.
Sedangkan Canavero dianggap tidak pernah benar-benar membuktikan bahwa dia pernah berhasil melakukan transplantasi kepala pada hewan.
“Jika Canavero benar-benar telah menemukan terobosan teknik dalam menyambungkan kembali saraf tulang belakang, mengapa dia tidak menerapkannya pada orang dengan cedera saraf tulang belakang dulu sebelum melakukan transplantasi kepala?” tanya Delitala.
“Menurut saya, usulan Canavero mengenai transplantasi kepala hanyalah khayalan yang tidak mungkin dilakukan saat ini.”
Selain itu ada juga pertanyaan mengenai etiket dan moralitas. Apalagi peluang keberhasilan operasi itu, jika dilakukan saat ini, terbilang sangat kecil.
Spiridonov, sang calon pasien, memberikan jawabannya. “Saya sangat paham risiko operasi seperti itu. Ada banyak (risikonya, red.),” kata Spiridonov dikutip Mail Online.
Walau demikian, ia khawatir “tidak akan hidup lebih lama lagi untuk melihat” berhasil atau tidaknya transplantasi jika dilakukan pada orang lain lebih dulu.
Oleh karena itu Spiridonov rela menjadi yang pertama pada Desember 2017 nanti.(bgc)