Kepala Bank Indonesia Perwakilan Papua Barat, Agus Hartanto, (kedua kiri), memaparkan tentang uang Rupiah emisi tahun 2016, di Swiss Belhotel Manokwari, Rabu (11/1).

MANOKWARI — Rectoverso, sebagai bagian dari sekian banyak fitur pengaman uang Rupiah tahun emisi 2016, jadi salah satu hal utama yang diungkapkan Bank Indonesia dalam Sosialisasi Penerbitan dan Pengedaran Uang Rupiah Tahun Emisi 2016, di ruang Mansinam, Swiss Belhotel Manokwari, Rabu (11/1) pagi.

Rectoverso sempat jadi kabar hoax beberapa waktu lalu. Ada pihak-pihak tertentu yang menyebutkan bahwa ada gambar palu arit. Padahal itu adalah logo BI yang melalui proses rectoverso.

“Itu kabar bohong. Hoax. Itu adalah logo Bank Indonesia dengan teknik gambar rectoverso. Bank Indonesia sudah menggunakanya sejak 1993,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Papua Barat, Agus Hartanto.

Teknik rectoverso itu juga digunakan di mata uang di negara-negara lain seperti Euro, Thailand Baht, UK Poundsterling, dan Korea Won.

Rectoverso dibuat dengan suatu teknik cetak khusus pada uang kertas, yang membuat sebuah gambar berada di posisi yang sama dan saling membelakangi di bagian depan dan belakang.

“Apabila dilihat tanpa diterawang, gambar akan terlihat seperti ornamen yang tidak beraturan, namun apabila diterawang, Rectoverso akan membentuk sebuah gambar yang utuh, dalam hal ini adalah lambang BI,” tuturnya dalam kegiatan yang dihadiri kalangan media massa, kalangan perbankan, pemerintah, dan aparat penegakan hukum.

Berita hoax lainnya yang juga beredar adalah soal isu bahwa uang Rupiah tahun emisi 2016 bukan dicetak oleh Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri). “Uang Ruiah dicetak di Peruri. Kabar itu juga hoax,” tegasnya

Terkait warna, Rupiah tahun emisi 2016 menggunakan skema warna tak umum yang sulit ditiru. Pewarnaan seperti itu juga digunakan di sejumlah mata uang negara lain, seperti Euro, Ringgit, Dolar Singapura, Baht Thailand, Yuan China dan berbagai mata uang lainnya.

Click here to preview your posts with PRO themes ››

Penggunaan warna yang berbeda antar pecahan Rupiah, termasuk tahun emisi 2016, didasaran pada survei bahwa 90 persen masyarakat Indonesia suka membedakan uang berdasarkan warna.

Pemilihan warna menggunakan skema Munsell yaitu untuk pecahan dengan angka depan sama digunakan warna yang berbeda secara kontras.

Agus kemudian mengatakan secara umum masyarakat dapat mengenali ciri-ciri keaslian uang Rupiah dengan cara 3D, yaitu “Dilihat, Diraba, Diterawang.”

Penjelasan lebih rinci tentang berbagai skema pengaman kemudian disampaikan secara rinci oleh Andyanto Kusuma Adi, Kasir 1 Bank Indonesia.

Kegiatan ditutup dengan penukaran uang Rupiah emisi tahun 2016.(***)