Memperingati Hari Kartini adalah salah satu cara bangsa Indonesia mengenang sosok Raden Ajeng Kartini, pahlawan nasional yang banyak berperan untuk kemajuan bangsa tercinta ini, khususnya kaum perempuan.

Kartini adalah perempuan Indonesia yang tercatat sebaga inspirator wanita dengan slogan emansipasi wanita, yang kerap menjadi sosok paling berpengaruh untuk mengangkat martabat perempuan.

 

Elsina Y Sesa S.Sos, M,M.

 

“Bagi saya, kita perempuan Papua juga harus seperti R.A. Kartini, berani memperjuangkan hak-hak kita. Berani bersuara melawan ketidakadilan. Berani mengubah paradigma kita, dan berani juga meninggalkan setiap kebiasaan yang kadang merugikan lingkungan dan sesama,”  tutur Elsina Y. Sesa, S.Sos, MM.

Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Papua Barat ini kemudian mengutip salah satu pernyataan Kartini.

Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata Aku tiada dapat! melenyapkan rasa berani. Kalimat Aku mau! membuat kita mudah mendaki puncak gunung.

“Selain berani, kita juga harus memiliki sikap yang baik kepada sesama, menghormati dan menghargai hak-hak orang lain dan peduli dengan lingkungan tempat kita tinggal, karena dengan begitu kita telah mengangkat martabat kita sebagai perempuan asli Papua,” sambung anak hasil pernikahan mantan Bupati Manokwari Drs. Esau Sesa dengan Lefina Seranik itu.

Foto bersama pimpinan dan pegawai DInas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Papua Barat.

Istri dari Drs. Yosep Isir, MM ini berharap program Three Ends, yang merupakan program unggulan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA) untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, akhiri perdagangan manusia, dan akhiri kesenjangan ekonomi, berfaedah lewat sosialisasi yang selama ini gencar dilakukan.

 

 

“Semoga program tersebut bukan hanya komitmen dari pemerintah saja, melainkan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak seperti lembaga masyarakat dan media massa,” harap wanita yang memiliki hobi membaca ini.

Click here to preview your posts with PRO themes ››

“Saya juga berharap, apabila ada tindak kekerasan yang dialami oleh setiap perempuan yang ada di Papua Barat ini, agar berani bersuara dan segera melapor ke pusat pelayanan terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, kami siap melayani segala keluhan,” ucap wanita kelahiran Mindiptana, 3 Januari 1964 ini.(cpk4/dixie)