Tingkat kehamilan berisiko akibat nikah dini di Papua Barat masih tinggi.

“Rata-rata 23 persen, tapi di beberapa kabupaten ada yang masih 38 persen,” ujar Kepala BKKBN Papua Barat, Drs Benyamin Lado.

Data itu diungkapkannya di hadapan Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, dalam Rakor Program Kependudukan KB dan Pembangunan Keluarga 2018 di sebuah hotel di Manokwari, Selasa (27/3).

Dalam Rakor bertema penguatan integrasi program lintas sektor di kampung KB guna mempercepat terwujudnya kualitas SDM itu, Lado juga mengatakan masih ada kehamilan yang tak diinginkan sebesar 8,3 persen.

Lado kemudian mengungkapkan kendala yang dihadapi di lapangan, yaitu penyebarluasan informasi dan pemahaman masyarakat tentang KB.

Kendala itu menjadi salah satu sebab masih rendahnya pemahaman dan kesadaran tentang KB di Papua Barat masih rendah. “Baru 38 persen,” tuturnya.

Untuk mengatasinya, BKKBN terus melakukan berbagai upaya, termasuk penguatan anggaran dari APBN.(dixie)

Click here to preview your posts with PRO themes ››