Oleh : Hendrik
“Saya tidak berniat mendapat reward. Apa yang saya lakukan benar benar untuk pengabdian kepada masyarakat di tempat saya bertugas. Penilaian pimpinan itu hak pimpinan. Intinya, saya melayani masyarakat dan masyarakat yang menilai. Saya tidak menilai diri sendiri.”
Begitulah ungkapan Brigpol Septinus Arui. Anggota Polsek Amberbaken yang juga merangkap sebagai Bhabinkamtibmas ini tidak sekedar menjalankan tugasnya sebagai anggota Polisi.
Pria yang lahir di Kampung Saray, Distrik Sidey, Kabupaten Manokwari 34 tahun silam ini juga melakukan tugas-Tugas yang tak jarang dilakukan oleh anggota Polisi lainnya.
Di tempat bertugas, Septinus turut serta dalam pelayanan Tuhan. Dia dipercayakan oleh Klasis Amberbaken sebagai koordinator Persekutuan Kaum Bapa (PKB). Di sisi lain, dia juga sebagai guru di SD Inpres 102 Warsnembri, Distrik Mubrani, Kabupaten Tambrauw.
Semua itu dia lakukan karena dia adalah orang asli Papua. Dia ingin ada perubahan bagi masyarakatnya. Bahkan, istrinya, Desy Y Arui dan tiga anaknya ikut bersama dia di tempat tugas.
Setiap hari Septinus harus menempuh sekira 90 menit perjalanan darat untuk sampai ke sekolah dimana dia mengajar.
Jangan mengira medannya mudah. Untuk menempuh sekolah itu, bapak tiga anak ini harus melewati dua kali dan sejumlah titik genangan air. Kali itu kadang meluap. Kendaraan roda empat dobel kabin tak jarang harus tertahan lantaran tingginya volume air.
Bagaimana dengan Septinus yang hanya menggunakan kendaraan roda dua ?
Septinus sudah mengajar sejak 2016 silam. Itu bermula saat dia melakukan patroli. Kala itu, dia melihat ada sekolah yang tidak beraktivitas. Dia lalu berkoordinasi dengan pengawas dari Dinas Pendidikan, Tambrauw. Ternyata, aktivitas sekolah sudah terhenti sejak 2013. Dia lalu berkoordinasi dan diijinkan untuk membuka kembali sekolah tersebut. Dia mengajar mata pelajaran PPKN dan olahraga dengan jumlah 42 siswa.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
Dari hasil koordinasinya, ternyata lumpuhnya aktivitas sekolah itu lantaran pindahnya administrasi pemerintahan Manokwari ke Tambrauw.
Kini, ada kendala lain yang harus dia selesaikan, yakni raport dan tiga ijasah lulusan kelas 6 yang belum ditandatangani kepala sekolah, karena kepala sekolah kala itu berada di Manokwari dan saat ini sudah meninggal dunia.
Untungnya, Auri belum lama ini, berkoordinasi dengan ketua rayon untuk meminta tanda tangan di ijasah.
Sebagai putra daerah, dia mengaku prihatin dengan kondisi pendidikan terutama sekolah SD tersebut. Dia berharap dinas terkait segera mengisi kekosongan dan juga melantik kepala sekolah dasar tersebut.
Begitupun dengan pendidikan agama untuk anak anak. Kala itu, Minggu (25/11) pagi, Auri tampak lengkap dengan pakain dinasnya. Menggunakan tanda Bhabinkamtibmas di lengannya dan menenteng tas noken yang berisikan Alkitab. Dia memimpin ibadah sekolah minggu khusus anak-anak di Gereja Kristen Injili di Tanah Papua, Klasis Amberbaken, Jemaat GKI Getsemani Saukorem.
Arui jugabharus menjemput bola dengan memanggil satu per satu anak anak di Kampung Amberbaken. Itu dia lakukan agar pendidikan agama dapat tertanam di anak-anak sejak dini.
Sekretaris Klasis GKI Amberbaken, Pdt. Lidia Yansenem merasa terbantu dengan pengabdian yang dilakukan Septinus Arui, baik pelayanan pendidikan maupun pelayanan Tuhan.
“Dia juga sebagai penatua dalam jemaat, juga koordinator PKB di tingkat klasis. Kita bangga karena peran kepolisian tidak hanya keamanan, tetapi merangkap tiga pekerjaan, di pendidikan dan pelayanan Tuhan,” tandasnya. (***)