Sejumlah seniman muda di Manokwari berharap ada gedung kesenian di Papua Barat, tempat mereka bisa lebih mengekspresikan diri sembari melestarikan dan mengembangkan budaya tradisional Tanah Papua.

Ini diungkapkan Nadia Siregar, Ketua Tim Anggrek Hitam di sela Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2018 Perwakilan Papua Barat di Aston Niu, Jumat (7/12/2018).

Seniman Muda Manokwari Harap Ada Gedung Kesenian Papua Barat
Sejumlah penari tradisional Papua komunitas Anggrek Hitam.)foto: ist/anggrekhitam)

Hal senada dikatakan Yusak Lolon, Marlon May, Agung ‘Ganz’ Nurcahyo dan
Azdy. “Kami butuh gedung kesenian. Kita kurang sarana dan prasarana,” tutur empat musisi muda yang tergabung dalam Miracle Accoustic yang merupakan bagian dari komunitas Anggrek Hitam itu.

Mereka juga berharap ada penghargaan terhadap jerih payah atas karya seni seniman. Pasalnya, mereka mengaku pernah hanya diberi ‘uang lelah’ Rp100 ribu.

Seniman Muda Manokwari Harap Ada Gedung Kesenian Papua Barat
Miracle Acoustic, yang tergabung dalam Komunitas Anggrek Hitam, di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2018 Perwakilan Papua Barat, 7 Desember 2018.)foto: ist/anggrekhitam)

Nadia menambahkan Anggrek Hitam mulanya berawal dari penari tradisional, yang kemudian mengembangkan sayap ke arah modern dengan tetap mempertahankan akar budaya Tanah Papua.

Anggrek Hitam juga bisa jadi pelatih, seperti yang tengah dilakoni saat ini untik persiapan perayaan HUT Kodam XVIII/Kasuari.

“Kita juga akan meluncurkan studio tari awal tahun depan,” tutur Nadia, lalu mengatakan tarif sekali manggung Anggrek Hitam kini sekira Rp3 juta mengingat banyaknya jumlah personil yang diturunkan di tiap kegiatan.(dixie)