Foto Empat Fotografer Lokal Tuturkan Beribu Kata Soal Konservasi Lingkungan Papua Barat

Foto menuturkan beribu kata tentang lingkungan di Papua Barat. Ini yang terjadi dalam diskusi foto yang bertajuk “#IniTanahKita: Memotret Isu Lahan di Papua Barat.”

Foto-foto karya Yustinus Yumthe, Meisye Evelyne Alfian, Mario Nicolas Munthe, dan Safwan Ashari Raharusun menuturkan itu dalam diskusi yang digelar di sebuah hotel di Manokwari, Minggu (11/09/2019) itu.

Diskusi ini digelar World Resources Institute (WRI) Indonesia, kolektif pelatih fotografi Arkademy, VICE Indonesia, dan Jurusan Biologi – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Papua.

Foto Empat Fotografer Lokal Tuturkan Beribu Kata Soal Konservasi Lingkungan Papua Barat
Pengelolaan pasir di Kampung Pami dan Kampung Mandopi, Kabupaten Manokwari, Papua Barat. (Foto: Yustinus Yumthe.)

Foto Yustinus Yumthe ‘menuturkan’ pengerukan pasir pantai oleh masyarakat adat di Kampung Pami dan Kampung Mandopi di Distrik Manokwari Utara, Kabupaten Manokwari.

“Pemanfaatan pasir pantai ini membantu masyarakat pemilik hak ulayat dan para pekerja untuk menunjang kehidupan mereka sehari-hari. Namun, di sisi lain tata kelola ekosistem pemerintah dipertanyakan, sebab pengerukan pasir pantai di Manokwari beroperasi bukan sebagai industri yang ilegal, namun diperbolehkan beroperasi karena tidak adanya peraturan pengelolaan sumber daya ini,” jelas Yustinus.

Foto Empat Fotografer Lokal Tuturkan Beribu Kata Soal Konservasi Lingkungan Papua Barat
Gunung Meja, Kabupaten Manokwari, Papua Barat. (Foto: Safwan Ashari Raharusun.) Catatan: Telah terjadi kekeliruan dalam pemasangan caption foto ini sebelumnya. Foto ini sebelumnya ber-caption: Hutan Wosi, Kabupaten Manokwari. (Foto: Meisye Evelyne Alfian.) Redaksi papuakini memohon maaf atas kekeliruan pemasangan caption. Kekeliruan dengan ini telah diperbaiki.

Meisye Evelyne Alfian memotret kawasan Hutan Wosi, sedangkan Mario Nicolas Munthe mengangkat cerita salah satu pengusaha kayu di Kampung Sibuni, Distrik Manokwari Utara, Kabupaten Manokwari.

Kisah ini menggambarkan bagaimana eksploitasi sumber daya alam, dalam hal ini hasil hutan berupa kayu, dapat menopang perekonomian keluarga beliau, dan juga secara tak langsung, masyarakat adat yang hidup di dalamnya. Namun di balik kisah hebatnya hutan dalam memberikan masyarakat sekitar penghidupan, tidak diiringi dengan langkah-langkah penanaman kembali hutan tersebut. Kira-kira apa yang akan masyarakat lakukan ketika tidak ada lagi kayu untuk dimanfaatkan?” ungkap Mario.

Foto Empat Fotografer Lokal Tuturkan Beribu Kata Soal Konservasi Lingkungan Papua Barat
Industri hutan kayu di hutan adat Kampung Sibuni, Kabupaten Manokwari. (foto: Mario Nicolas Munthe.)

Foto Safwan Ashari Raharusun juga mengangkat isu hutan, khususnya di paru-paru Manokwari yaitu Taman Wisata Alam Gunung Meja.

Click here to preview your posts with PRO themes ››

“Dengan luasan 402,16 hektar, Gunung Meja hanya dijaga oleh satu orang petugas yang diambil dari masyarakat adat dan dibantu dengan enam orang Polisi Hutan yang hampir sebagian besar bertugas di kantor,” ujar Safwan.

“Masih terjadi kegiatan yang berdampak pada ekosistem di hutan seperti perburuan liar, serta pembukaan lahan untuk perkebunan oleh masyarakat di luar batas pemanfaatan tanpa izin,” ungkapnya.(an/dixie)