Sanitasi Tak Layak Picu Tingginya Angka Kematian Bayi dan Stunting

Buruknya angka sanitasi berdampak pada angka kematian bayi dan balita. Ini yang terjadi di Manokwari sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019 yang menunjukkan angka kematian bayi 33/1000 kelahiran hidup di Kabupaten Manokwari.

Asisten II Setda Kabupaten Manokwari, Harjanto Ombesapu, mengatakan angka ini merupakan tertinggi kedua di Papua Barat setelah Kota Sorong.

Selain itu, salah satu penyebab tingginya prevalensi stunting (balita pendek) juga adalah akses sanitasi yang kurang layak.

“Persentase stunting di Manokwari 36,8 persen dan masuk kategori kronis,” ungkapnya mewakili Bupati Manokwari dalam sambutan pembukaan media gathering penguatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Kabupaten Manokwari, Kamis (30/01/2020).

Walau pelaksanaan program STBM di Manokwari mengalami kemajuan cukup baik, namun tantangannya cukup berat. Data dari Kemenkes 2019 menunjukan kemajuan profram STBM di Manokwari telah mencapai 90 persen. Akan tetapi, baru 46 dari 160 kampung yang telah dideklarasikan stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

“Itu artinya sebagian besar kampung masih mengalami kendala dalam mengubah perilaku BABS,” ungkapnya.

Berkaca dari data tersebut, dia berharap ada sinergitas berbagai pihak terkait, karena Pemkab Manokwari tidak dapat berjalan sendiri untuk mencapai target perencanaan pembangunan.

Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat di Dinkes Manokwari, Suharso mengatakan, ada tiga sumber penularan penyakit, yakni tinja, sampah, dan limbah yang pada akhirnya mempengaruhi kesehatan ibu mengandung dan balita, yang kemudian terjadilah kematian bayi, balita, dan juga menyebabkan stunting.

Dia mencontohkan seorang ada ibu hamil yang tak memiliki jamban di rumahnya sehingga harus buang besar sembarangan. Lalu mengandung tidak memikiki kebiasaan cuci tangan, atau persoalan sampah dan limbah rumah tangga tidak tertata dengan baik.

Click here to preview your posts with PRO themes ››

“Ini akan menyebabkan si ibu hamil terkena dampak seperti diare, cacingan dan lalu kekurangan gizi yang berdampak pada janin. Maka dari itu, sanitasi sangatlah penting,” ingatnya.

Dia berharap masyarakat harus mengubah perilaku tersebut, selain mengetahui dampak baik dan pentingnya sanitasi, karena derajat kesehatan berdasarkan konsep Henrik L Blum lebih menimbang 45 persen faktor kesehatan karena lingkungan, 30 persen karena perilaku masyarakat, 20 persen pada pelayanan kesehatan, dan li9ma persen karena keturunan.(njo)